Inilah foto duabelas kukang sumatera (Nycticebus coucang) yang dipindahkan ke Hutan Lindung Batutegi, Lampung. Foto : YIAR. |
LAMPUNG, B–Pusat Rehabilitasi Satwa IAR Ciapus (Yayasan IAR Indonesia) kembali melakukan translokasi kukang ke Talang Randai kawasan Hutan Lindung Batutegi Lampung.
Dalam pelepesan kali ini ada 12 individu kukang sumatera (Nyctiebus coucang), semua kukang sumatera tersebut telah melewati masa rehabilitasi di YIARI sejak tahun 2008.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 21 ayat 2, perdagangan dan pemeliharaan satwa dilindungi termasuk kukang adalah dilarang.
Sementara itu badan konservasi dunia IUCN, memasukan kukang dalam kategori Vulnerable (rentan), yang artinya memiliki peluang untuk punah 10% dalam waktu 100 tahun. Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora) memasukan kukang ke dalam Apendix I.
Aris Hidayat, Manager Program Ciapus-YIARI dalam keterangan tertulisnya yang terima Beritalingkungan menjelaskan, semua kukang tersebut dinyatakan siap untuk ditranslokasi setelah menjalani pemerikasaan kesehatan secara menyeluruh, perilaku dan mental untuk kembali kehabitatnya.
Pada primata jenis kukang harus melewati beberapa tahapan sebelum akhirnya benar-benar dilepasliarkan dan resmi menjadi kukang liar, tahapan setelah individu menjalani proses rehabilitasi kukang tersebut akan ditranslokasi (dipindahkan) kekandang habituasi dihutan dan bertahap akan dilepasliarkan dengan dilengkapi radio collar. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pengawasan (monitoring) setelah pelepasliaran. kukang tetap dimonitor oleh team dilapangan selama 6 bulan sampai 1 tahun, selama monitoring ini akan dilakukan penilaian perilaku, sampai akhirnya benar-benar dilepas radio collar di pulau Wayrilau Batutegi Lampung.
Translokasi ini merupakan kerjasama YIARI bersama Dirjen SDA Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan SDA I Batutegi Lampung, BKSDA Lampung dan BBKSDA Jawa Barat.
Aris mengatakan ke dua belas individu kukang sumatera ini merupakan hasil serahan dari masyarakat, PPS lain, BKSDA Serang dan lahir di YIARI. Penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam konservasi dan mempertahankan jenis dihabitat alaminya.
Kawasan Hutan Lindung Batutegi Lampung dianggap layak sebagai lokasi translokasi dan pelepasliaran kukang sumatera adalah karena lokasi tersebut berdasarkan survey biodiversity YIARI tahun 2009 ditemukan sedikitnya 29 mamalia diantaranya siamang (Symphalangus syndactilus), simpai (Presbitis melalophos), babi hutan (Sus sp), rusa (Cervus unicolor), jejak harimau sumatera (Panthera tigris sumaterae), jejak dan feses beruang madu (Helarctos malayanus), dan sedikitnya 140 jenis burung. Jenis burung yang paling umum atau sering dijumpai adalah jenis elang dan rangkong.
Kukang Sumatera (Nyctiebus coucang) merupakan binatang yang aktif dimalam hari (nocturnal) dan hidup diperkebunan, hutan kebun, hutan sekunder sampai hutan primer.
Kukang dapat dijumpai dari daerah dataran rendah hingga ketinggian sampai 1200 mdpl. Kukang bergerak atau berjalan menggunakan keempat anggota tubuhnya yaitu dengan dua tangan dan dua kaki (Quadropedal).
Kukang juga membutuhkan pohon-pohon dengan cabang yang rapat dan saling terkait untuk pergeraknnya karena kukang bukanlah tipe peloncat seperti jenis primata lainnya. Jadi dia hanya berpindah dari pohon ke pohon lainnya dengan cara meregangkan badannya semaksimal mungkin dan kemudian menggapai cabang atau ranting pohon.
Dilihat dari jenis makanannya kukang adalah satwa yang bersifat omnivore (mamalia pemakan segala, baik tumbuhan maupun hewan). Di Kawasan HL Batutegi, terdapat berbagai macam pakan baik jenis tumbuhan: getah pohon Shorea sp, pohon puspa, serehan, harendong, petai, durian dan masih banyak lagi jenis tumbuhan yang merupakan pakan dari kukang Sumatera. Selain jenis tumbuhan, berbagai jenis serangga, reptile, aves kecil dan mamalia kecil yang terdapat dalam Kawasan HL Batutegi juga menjadi pakan kukang.
Aris menambahkan, dari kegiatan release satwa primata sebelumnya di kawasan ini, tim monitoring dapat memastikan bahwa satwa yang dilepasliarkan terpenuhi kebutuhan akan pakannya dan dapat bertahan hidup di alam. (Marwan Azis).