“Kami mengumpulkan berbagai jenis burung untuk mengetahui kepekaan mereka terhadap gempa dan tsunami,” kata Rudy Marten, Koordinator Kelompok Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sumur Meleleh,kemarin seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, dari berbagai jenis burung yang diteliti tersebut, dua jenis di antaranya memberikan respon yang menonjol terhadap bencana gempa bumi. Seperti gempa bumi yang melanda Bengkulu pada Rabu (1/2) kata dia dua jenis burung tersebut yakni burung jenggot dan kapas tembak memberikan respon yang lebih mudah dikenali saat gempa terjadi.”Beberapa waktu sebelum gempa bumi, dua jenis burung ini ribut, dengan kata lain seperti gelisah, bukan berbunyi karena keriangan,” tambahnya.
Rudy yang menciptakan alat deteksi dan sirene tsunami dari alat sederhana mencoba kolaborasi tanda alam dari burung tersebut dengan teknologi sederhana. Saat ini kata dia warga kelurahan tersebut menggunakan alat deteksi dan sirene otomatis yang dibuat dari bahan sederhana.
Bersama kelompok PRB Sumur Meleleh, Rudy mulai merancang alat peringatan dini berupa sirene dan kotak otomatis secara swadaya. Peralatan sederhana untuk deteksi tsunami dibuat dari kotak berbahan kayu yang berisi bandul seberat 250 gram dan digantung di salah satu tiang dalam rumah.
Melalui kabel yang dialiri listrik, alat tersebut dihubungkan dengan sirene yang dipasang di luar rumah.”Kalau getaran gempa kuat maka bandul itu akan bergoyang lalu secara otomatis akan mengirim getaran untuk membunyikan sirene,” katanya.
Awalnya kata dia cukup sulit untuk menekan sensitifitas kotak berisi bandul itu, sebab jika terlalu sensitif getaran kecil saja dapat membuat sirene berbunyi. Untuk mengatasi hal itu, bersama kelompok PRB yang beranggotakan 20 orang, ia terus melakukan inovasi hingga menciptakan kotak berisi bandul yang diberi penopang berupa kawat sehingga tidak gampang bergoyang.”Sirene ini akan berbunyi jika kekuatan gempa sekitar 7 SR yang ditandai dengan perabotan rumah yang berjatuhan, berarti berpotensi tsunami,” tambahnya. (Antara)