Gambar ini, diambil dari visualisasi data, menunjukkan luas minimum es laut Arktik pada 11 September 2024. Batas kuning menunjukkan rata-rata luas minimum selama periode 30 tahun dari 1981 hingga 2010. Foto : NASA.
ARKTIK, BERITALINGKUNGAN.COM — Es laut di Kutub Utara mencatat penurunan mendekati rekor terendah pada musim panas 2024, dengan pencairan diperkirakan mencapai titik minimum pada 11 September 2024, menurut peneliti dari NASA dan National Snow and Ice Data Center (NSIDC).
Penurunan ini melanjutkan tren jangka panjang penurunan lapisan es di Samudra Arktik selama beberapa dekade terakhir.
Es laut di Kutub Utara mengalami fluktuasi tahunan ketika mencair di musim panas dan tumbuh kembali di musim dingin. Selama 46 tahun terakhir, satelit telah mengamati tren pencairan yang lebih besar di musim panas dan pertumbuhan es yang semakin berkurang di musim dingin. Pada tahun 2024, luas es laut Arktik mencapai 4,28 juta kilometer persegi, menjadikannya yang ketujuh terendah dalam catatan satelit.
Menurut Nathan Kurtz, Kepala Laboratorium Ilmu Cryosfer NASA, es di Arktik tidak hanya menyusut, tetapi juga semakin muda dan tipis. “Sebagian besar es saat ini adalah es muda berumur satu tahun, yang lebih rentan mencair selama bulan-bulan hangat,” ungkap Nathan seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman NASA (10/10/2024).
Sementara itu, di Antartika, es laut juga mencatatkan rekor rendah di saat seharusnya mengalami pertumbuhan maksimal. Pada tahun 2024, pertumbuhan es laut di kawasan ini hanya mencapai 16,96 juta kilometer persegi, lebih rendah dari rata-rata maksimal 18,71 juta kilometer persegi antara 1981-2010. Para ilmuwan berusaha memahami penyebab penurunan tajam ini, yang diduga akibat perubahan iklim global.
Kehilangan es di kedua wilayah ini memicu dampak yang lebih luas, termasuk peningkatan suhu global, perubahan habitat satwa kutub, serta gangguan pada masyarakat lokal dan rute perdagangan internasional. Fenomena ice-albedo feedback, di mana permukaan laut yang lebih terbuka menyerap lebih banyak energi matahari, memperburuk pemanasan di wilayah kutub, terutama di Arktik yang suhunya meningkat empat kali lipat dibandingkan rata-rata global (Marwan Aziz)