TASIKMALAYA, BERITALINGKUNGAN.COM- Himpunan Biologi Universitas Siliwangi bersama Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) mengadakan pemutaran film berjudul Keep Three Hanging: Brodi’s Second Chance dan Lewat Boleh, Kesetrum Jangan di Gedung Creative Center Tasikmalaya pada Sabtu (19/8).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan penyadartahuan terhadap isu yang jarang terdengar tetapi kejadiannya berdampak signifikan bagi habitat dan kelestarian alam, yaitu satwa liar tersengat listrik. Hal ini dibuktikan dengan masuknya individu kukang jawa (Nycticebus javanicus) akibat tersengat listrik ke pusat rehabilitasi YIARI. Setidaknya 21 individu kukang jawa masuk ke pusat rehabilitasi YIARI sejak tahun 2019 hingga 2022.
Kukang-kukang malang ini datang ke YIARI dengan berbagai kondisi bahkan hingga kematian. Menurut drh. Indri Saptorini dari divisi Animal Management YIARI, mengungkapkan bahwa ada tiga dampak tersengat listrik bagi kukang antara lain luka bakar, kegagalan fungsi organ, dan kematian.
“Luka bakar pada kukang tersengat listrik dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu mild (ringan), moderate (sedang), dan severe atau parah. Dampak lainnya yaitu kegagalan fungsi organ yang dapat berujung pada kematian. Tak jarang kukang langsung mati jika terkena listrik bertegangan tinggi,” ujar dr. Indri Saptorini.
Tak hanya berdampak pada satwa liar, dampak pada manusia juga terasa. Kukang yang melewati aliran listrik dan tersengat akan mengakibatkan terganggunya beberapa komponen yang berujung padamnya aliran listrik, dikutip dari laporan Konsentris di Lampung.
Sebanyak 1.628 kasus kukang tersengat listrik di Provinsi Lampung menurut laporan Konsentris menunjukkan bahwa kejadian satwa liar tersengat listrik tercatat tetapi kurangnya tindak lanjut pihak terkait. Selain itu, masyarakat juga perlu memahami bahwa penyebab padamnya listrik disebabkan oleh satwa liar yang melintas.
Tim Animal Management YIARI mencatat bahwa di Jawa Barat, kasus kukang jawa tersengat listrik berasal dari Ciamis, Cirebon, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Bandung. Melihat rentetan kejadian ini, roadshow CineTalk ingin memberi pemahaman bahwa ancaman terhadap kukang jawa tidak hanya disebabkan oleh penangkapan dan perdagangan ilegal, tetapi juga dari kegiatan di dekat pemukiman manusia.
Kegiatan pemutaran film yang merupakan bagian dari peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu satwa liar ini dimulai dengan pemutaran film karya Dicky Nawazaki, seorang filmmaker dan jurnalis BBC. Film ini menggambarkan Brodi, kukang jawa korban sengatan listrik yang memiliki tiga kaki karena satu kakinya harus diamputasi.
Film kedua adalah besutan Denny “Skeep” Setiawan dari YIARI berjudul Lewat Boleh, Tersetrum Jangan. Film ini bercerita tentang seluk-beluk kukang yang tersetrum aliran listrik khususnya di Lampung. Isu ini membahas penyebab kukang tersengat listrik, tanggapan otoritas terkait isu sengatan listrik, dan penanggulangannya.
Pemutaran film dilanjutkan dengan diskusi dengan narasumber dari Kepala SKW VI Tasikmalaya, Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, staf Rehabilitasi Habitat, dan dokter hewan dari YIARI.
Roadshow pemutaran film akan singgah di Kota Bogor untuk memutar film-film terkait kukang tersetrum pada September mendatang (BL)