Iring-iringan mobil tim ekspedisi destana tsuami ketika memasuki wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Foto : Marwan Azis/Beritalingkungan.com |
SERANG, BERITALINGKUNGAN.COM- Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami selama perjalanan 32 hari yang dimulai sejak 12 Jui 2019 berhasil menjelajahi 512 Desa di 24 Kabupaten/Kota melintasi Selatan . Hari ini telah berhasil memasuki wilayah Serang, Banten (13/8).
Kegiatan ini dalam rangka penguatan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami dan untuk pengembangan Desa Tangguh Bencana yang berada di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Ekspedisi ini juga melibatkan lima pihak Pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga usaha, dan media.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai lembaga negara yang diberi tugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana, membuat langkah untuk melindungi masyarakat berisiko yang berada di desa/kelurahan tersebut.
Ekspedisi ini terbagi dalam empat Segmen Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten, yang masing-masing segmen diikuti 200 orang. “42 ribu masyarakat yang kami datangi, lebih dari 3.700 orang perangkat desa yang kami berikan pemahaman bencana”, ucap Deputi Pencegahan, Lilik Kurniawan.
Dari target 518 desa di Selatan Jawa, hanya tercapai 512 desa yang berhasil disosialisasikan tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami. “Kendala di lapangan banyak kami alami, termasuk penolakan dari kepala daerah tersebut” ungkap Lilik.
Seperti kita ketahui ada 600 ribu lebih masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami. Fakta tim destana di lapangan menemukan tingkat kesiapsiagaan cukup baik, bagi daerah yang sudah pernah mengalami tsunami. Namun yang belum mengalami tsunami masih banyak yang belum paham dan tidak tahu harus evakuasi kemana.
Selain itu, infrastruktur yang masih belum memadai untuk evakuasi. “Dari timur jawa ke barat, masih banyak daerah wisata, yang hampir sebagian besar tidak punya rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung” kata Lilik.
Kepala BNPB Doni Monardo mengagas, membangun monumen tentang peristiwa bencana alam yang sudah terjadi. Sehingga memudahkan kita mengingat peristiwa bencana alam, karena alam yang sudah terbentuk dalam milyaran tahun. “Gempa dan tsunami adalah peristiwa alam yang berulang, dan kita punya dokumentasinya. Namun dokumentasi lebih lengkap ada di Belanda” ucapnya.
Bencana tidak dapat dihindari, namun dapat dikurangi risikonya. Konsep pentahelix merupakan sosialisai yang terbaik. perangkat desa ini diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan sosialisasi kepada RW/RT dan keluarga, namun tetap memperhatikan kearifan lokal. “Poinnya masyarakat harus sadar potensi bencana yang ada, memahami dan mampu melakukan upaya pencegahan, dan masyarakat menjadi tangguh serta mampu dalam menyelamatkan diri dari bencana” ujar Doni.
Plt. Kapusdatinmas BNPB, Agus Wibowo menambahkan, kegiatan ekspedisi ini akan dilanjutkan menjadi KKN tematik Destana bekerjasama dengan perguruan tinggi. Serta ada dua buku mengenai tulisan ekspedisi, dan foto perjalanan ekspedisi untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat lain. (Marwan Azis)