Ilustrasi petani kopi, salah satu yang terdampak perubahan iklim.
CALIFORNIA, BERITALINGKUNGAN.COM– Penelitian yang dipimpin oleh seorang ilmuwan atmosfer dari University Of California Riverside (UCR) memprediksi bahwa emisi karbon yang tidak terkendali akan memaksa hujan tropis bergeser ke utara dalam beberapa dekade mendatang, yang akan berdampak besar pada pertanian dan ekonomi di sekitar ekuator Bumi.
Wei Liu, seorang profesor madya dalam bidang perubahan iklim dan keberlanjutan di Departemen Ilmu Bumi dan Planet UCR, menyatakan bahwa pergeseran hujan ke utara ini akan disebabkan oleh perubahan kompleks di atmosfer yang dipicu oleh emisi karbon yang mempengaruhi pembentukan zona konvergensi antar-tropis.
Zona ini pada dasarnya merupakan mesin atmosfer yang menggerakkan sekitar sepertiga dari curah hujan dunia. Liu dan rekan penulisnya melaporkan hal ini dalam makalah yang diterbitkan pada Jumat, 28 Juni, di jurnal “Nature Climate Change.”
Daerah tropis di kedua sisi ekuator, seperti negara-negara di Afrika tengah, Amerika Selatan bagian utara, dan negara-negara kepulauan Pasifik, antara lain, akan menjadi yang paling terpengaruh. Tanaman utama yang tumbuh di daerah tropis termasuk kopi, kakao, kelapa sawit, pisang, tebu, teh, mangga, dan nanas.
“Namun, pergeseran ke utara ini hanya akan berlangsung sekitar 20 tahun sebelum kekuatan yang lebih besar yang berasal dari pemanasan lautan selatan menarik zona konvergensi kembali ke selatan dan mempertahankannya di sana selama milenium berikutnya,” kata Wei Liu seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman UCR (29/06/2024).
Zona Konvergensi Antar-Tropis dan Dampaknya
Zona konvergensi antar-tropis adalah area di sepanjang atau dekat ekuator di mana angin pasat dari belahan bumi utara dan selatan bertemu dan naik ke ketinggian yang lebih dingin, menyerap volume besar uap air dari lautan. Saat udara lembap ini mendingin pada ketinggian yang lebih tinggi, terbentuklah awan petir yang memungkinkan terjadinya hujan badai. Hutan hujan tropis dapat menerima curah hujan hingga 14 kaki per tahun.
“Perubahan curah hujan ini sangat penting,” kata Liu. “Ini adalah daerah dengan curah hujan sangat tinggi. Jadi, pergeseran kecil akan menyebabkan perubahan besar dalam pertanian dan ekonomi masyarakat. Ini akan mempengaruhi banyak daerah.”ujarnya.
Prediksi Melalui Pemodelan Komputer Canggih
Liu dan rekan-rekannya menggunakan model komputer canggih untuk memprediksi pengaruh atmosfer dari emisi karbon dioksida akibat pembakaran bahan bakar fosil yang terus berlanjut dan sumber lainnya. Model iklim ini mencakup banyak komponen atmosfer, laut, es laut, dan daratan yang saling berinteraksi satu sama lain.
“Pada dasarnya, kami mencoba mensimulasikan dunia nyata. Dalam model ini, kami dapat meningkatkan emisi karbon dioksida dari tingkat pra-industri ke tingkat yang jauh lebih tinggi,” jelas Liu.
Dampak pada Pertanian dan Ekonomi
Analisis tersebut mempertimbangkan bagaimana emisi karbon mempengaruhi jumlah energi radiasi di puncak atmosfer. Juga mempertimbangkan perubahan es laut, uap air, dan pembentukan awan. Faktor-faktor ini dan lainnya menghasilkan kondisi yang mendorong zona konvergensi pembentuk hujan ke utara sebesar rata-rata 0,2 derajat.
Makalah ini berjudul “Contrasting fast and slow intertropical convergence zone migrations linked to delayed Southern Ocean warming.” Penulis lainnya adalah Shouwei Li dari UCR; Chao Li dari Max Planck Institute for Meteorology, Hamburg, Jerman; Maria Rugenstein dari Colorado State University, Fort Collins; dan Antony P. Thomas dari UCR (Marwan Aziz)