Suasana Dialog Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pembangunan Berkelanjutan. Foto : BeritaLingkungan.com/Marwan Azis |
SOLO, BL-Setelah melalui proses diskusi selama 3 hari, Dialog Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Berkelanjutan akhirnya dicapai kesepahaman bersama yang disebut Solo Messages (Pesan Solo). Hasil pertemuan Solo akan menjadi bahan masukan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Rio+20 di Brazil nanti.
Pesan Solo ini berhasil memperjelas visi Kerangka Kelembagaan untuk Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana yang disampaikan Sha Zukang, Under-Secretary-General For Economic And Social Affairs, Secretary-General Of The 2012 United Nations Conference On Sustainable Development, “Enam bulan lalu, visi mengenai Kerangka Kelembagaan untuk Pembangunan Berkelanjutan masih samar-samar, namun sekarang sudah sangat jelas. Terima kasih untuk Solo”.
Seluruh peserta memiliki kesamaan pandangan bahwa perlu ditegaskan kembali komitmen politik untuk pembangunan berkelanjutan. Hal yang perlu lebih dikuatkan dari ketiga pilar pembangunan berkelanjutan adalah lingkungan hidup sebagaimana yang ditekankan oleh Gusti M. Hatta dan Sha Zukang.
Pertemuan Solo menghasilkan dua poin utama yaitu kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan. Adapun opsi usulan kelembagaan yang opsinya bisa melalui pembentukan Dewan atau Komisi Pembangunan Berkelanjutan atau memperkuat kewenangan ECOSOC yang didukung UNEP.
Poin Solo Messages berikutnya adalah Green Economic atau Ekonomi Hijau yang menekankan, seluruh kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber daya alam harus ramah lingkungan, sehingga bias berkelanjutan.” Kita perlu memastikan bahwa pilar ekonomi, sosial dan lingkungan bekerja sama dengan masing-masing pilar yang mengintegrasikan tujuan dari dua pilar lainnya,”kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof. DR. Ir. Gusti Muhammad Hatta saat konferensi pers di Hotel Lor In, Solo (21/7).
Di tingkat internasional, dipandang perlu ada sebuah organisasi untuk meningkatkan integrasi pembangunan berkelanjutan. Berbagai opsi yang dibahas, mulai dari mandat yang ditingkatkan untuk ECOSOC dan pembentukan Dewan Pembangunan Berkelanjutan yang pengkajiannya dipercayakan ke CSD (Commission on Sustainable Development). Sementara di tingkat nasional, terdapat kebutuhan untuk mengintegrasikan strategi nasional dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan. Berbagai opsi yang dibahas termasuk “Delivering As One” dan kebutuhan untuk memperkuat UNEP serta perlunya tambahan pendanaan baru diperlukan untuk memungkinkan implementasi untuk peningkatan kapasitas dan transfer teknologi.
Tercapainya tujuan pertemuan ini merupakan hasil dari pemimpin pertemuan yaitu Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof. DR. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS dengan dukungan tim yang solid yang terdiri dari UN-DESA (United Nations Department of Economic and Social Affair) dan Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Luar Negeri.
Hasil Solo Meeting ini juga sangat didukung partisipasi yang aktif dan konstruktif dari seluruh peserta pertemuan yang diikuti lebih dari 100 negara, Kelompok-kelompok Utama (Major Groups) dan IGO (Inter-Governmental Organization).”Pesan Solo yang dihasilkan pertemuan ini adalah pertama, untuk mencapai tujuan bersama, kita perlu memperbarui komitmen politik kita untuk pembangunan berkelanjutan. Kita juga perlu untuk menerjemahkan komitmen ini ke dalam implementasi,”kata Gusti.
Dengan komitmen politik yang kuat akan menjadi modal dasar dalam implementasi pembangunan berkelanjutan.”Komitmen politik serta pelaksanaan sangat penting. Kita dapat merancang lembaga-lembaga terbaik, pengaturan terbaik, mekanisme terbaik, tetapi jika tidak ada komitmen politik dan implementasi, maka lembaga-lembaga ini tidak akan berhasil dan tidak mencapai kemajuan,”jelasnya.
Untuk bisa melaksanakan pembangunan berkelanjutan, Gusti M. Hatta juga menyampaikan, perlu ada interaksi dinamis dan koheren antara tingkat global – regional – nasional dan lokal. Hal ini untuk mendorong strategi nasional. Hasil akhir dari pertemuan ini, yaitu Chair’s Summary akan disampaikan secara resmi ke dalam proses Rio+20 dalam waktu dua minggu.
Dengan begitu, satu agenda dari dua Agenda Rio+20 (Green Economy dan Institutional Framework for Sustainable Development) telah berhasil dirumuskan. Semua peserta dan seluruh masyarakat dunia berharap Rio+20 yang akan dilaksanakan tahun 2012 akan menghasilkan keputusan yang dapat dilaksanakan baik di tingkat global, regional dan nasional serta lokal. (Marwan Azis).