
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Pemerintah semakin tegas dalam menegakkan aturan terkait pengelolaan hutan. Melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebanyak 18 unit Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dicabut setelah terbukti melanggar kewajiban mereka dalam mengelola kawasan hutan.
Pencabutan izin ini mencakup kawasan hutan di berbagai wilayah, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Beberapa perusahaan besar yang terdampak kebijakan ini antara lain PT. Plasma Nutfah Marind Papua dengan lahan seluas 64.050 hektare di Merauke, serta PT. Talisan Emas yang mengelola 54.750 hektare di Maluku.
Menurut regulasi yang diatur dalam PP No. 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, setiap pemegang PBPH wajib menyusun rencana kerja, melakukan pemanfaatan lahan dalam jangka waktu tertentu, serta memenuhi aspek keberlanjutan dalam pengelolaan hutan. Namun, banyak perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab tersebut.
“Langkah ini diambil demi menjaga kelestarian hutan dan menghindari eksploitasi liar yang merugikan lingkungan. Setiap pemegang izin harus memahami bahwa hutan bukan hanya sumber daya ekonomi, tetapi juga memiliki fungsi ekologi yang harus dijaga,” ujar Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Kehutanan, Krisdianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D melalui keterangan persnya di Jakarta (24/02/2025)
Ia menuturkan dengan pencabutan izin ini, kawasan hutan yang sebelumnya dikelola oleh perusahaan akan kembali menjadi hutan negara. Pemerintah akan melakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi lahan tersebut, apakah akan dialokasikan untuk pemberian izin baru atau digunakan untuk kepentingan konservasi dan sosial.
Tak hanya itu, perusahaan yang izinnya dicabut diwajibkan untuk segera menghentikan semua kegiatan, menyerahkan aset tidak bergerak kepada negara, serta menyelesaikan kewajiban finansial mereka.
Langkah tegas ini diharapkan menjadi peringatan bagi perusahaan lain agar lebih bertanggung jawab dalam mengelola hutan. Pemerintah berkomitmen untuk menindak tegas pelanggar, demi memastikan bahwa hutan Indonesia tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh generasi mendatang.
Pada tahun 2025 ini, Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari telah mencabut 18 (delapan belas) unit PBPH yang berada di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berikut adalah ke- 18 unit PBPH yang dicabut melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan.
NO | KEPUTUSAN MENHUT | TANGGAL | TENTANG |
1 | Nomor 37 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HTI PT. Plasma Nutfah Marind Papua Seluas ± 64.050 Hektar Di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua |
2 | Nomor 38 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan HP-HTI Pola Transmigrasi PT. Hutan Sembada Seluas ± 10.260 Ha di Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan |
3 | Nomor 39 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan HP-HTI Pola Transmigrasi PT. Rimba Dwipantara Seluas ± 9.930 Ha di Provinsi Kalimantan Tengah |
4 | Nomor 40 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. Zedsko Permai Seluas ± 30.525 Ha di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Selatan |
5 | Nomor 41 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HT PT. Rencong Pulp dan Paper Industry Seluas ± 10.384 di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh |
6 | Nomor 42 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. Multikarya Lisun Prima Seluas ± 28.885 Ha di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat |
7 | Nomor 43 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. Satyaguna Sulajaya Seluas ± 27.740 Ha di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah |
8 | Nomor 44 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan PBPH PT. Batu Karang Sakti Seluas ± 43.327 Ha di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara |
9 | Nomor 45 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HT PT. Cahaya Mitra Wiratama Seluas ± 18.290 Ha di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur |
10 | Nomor 46 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HT PT. Sari Hijau Mutiara Seluas ± 20.000 Ha Di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau |
11 | Nomor 47 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan HP-HTI Pola Transmigrasi PT. Janggala Semesta Seluas ± 12.380 Ha Di Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan |
12 | Nomor 48 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan PBPH PT. Maluku Sentosa Seluas ± 11.504 Ha di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku |
13 | Nomor 49 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. Talisan Emas Seluas ± 54. 750Ha di Provinsi Maluku |
14 | Nomor 50 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan HPH PT. Wanakayu Batuputih Seluas ± 42.500Ha di Provinsi Kalimantan Barat |
15 | Nomor 51 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HT PT. Kayna Resources seluas ± 45.675Ha di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat |
16 | Nomor 52 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. East Point Indonesia Seluas ± 50.665 Ha di Provinsi Kalimantan Tengah |
17 | Nomor 53 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HA PT. Cahaya Karya Dayaindo Seluas ± 35.340 Ha di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat |
18 | Nomor 54 Tahun 2025 | 6 Februari 2025 | Pencabutan IUPHHK-HT PT. Wana Dipa Perkasa seluas ± 8.355 Ha di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan |
(Marwan Aziz).