Aksi demonstran dari Koalisi Selamatkan Alam dan Manusia Papua yang membentangkan spanduk penolakan tambang, dan menyerukan Raja Ampat harus diselamatkan. Foto : Irianti/Beritalingkungan.com.
SORONG, BERITALINGKUNGAN.COM — Kedatangan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong, Papua Barat Daya, disambut hangat oleh protokol, namun tidak oleh sejumlah aktivis lingkungan dan mahasiswa.
Massa dari Koalisi Selamatkan Alam dan Manusia Papua menggelar aksi demonstrasi damai, membentangkan spanduk penolakan tambang, dan menyerukan satu pesan utama: Raja Ampat harus diselamatkan.
“Kami ingin tegaskan kepada Pak Bahlil, jangan hanya lihat Pulau Gag. Lihat juga Batang Pele dan Manyaifun yang kini terancam tambang,” seru Ketua HMI Cabang Sorong, Manaf Rumodar, yang menjadi orator utama dalam aksi tersebut (7/06/2025).
Menurut Manaf, perhatian pemerintah pusat yang berfokus pada Pulau Gag cenderung menutupi ancaman nyata yang tengah membayangi dua wilayah penting lainnya: Pulau Batang Pele dan Manyaifun, keduanya berada dalam kawasan UNESCO Global Geopark Raja Ampat, yang memiliki nilai ekologis tinggi dan kekayaan biodiversitas kelas dunia.
“Ini bukan hanya tanah adat. Ini rumah, hutan, laut, dan sumber hidup masyarakat. Juga warisan dunia yang tak ternilai,” tegas Manaf.
Dalam pernyataannya, Manaf juga meminta Menteri Bahlil menghentikan seluruh aktivitas tambang nikel dan perkebunan sawit yang selama ini lebih menguntungkan korporasi ketimbang masyarakat adat. Ia menilai, model investasi yang tidak berakar pada prinsip keberlanjutan justru merusak kepercayaan masyarakat lokal terhadap pemerintah.
“Kami ingin pembangunan yang adil secara ekologis. Jangan pakai dalih investasi untuk menghancurkan lingkungan dan mengabaikan masyarakat adat,” lanjutnya.
Diketahui, sejumlah perusahaan tambang saat ini beroperasi di kawasan Raja Ampat. Di antaranya, PT Gag Nikel (anak perusahaan PT Antam) di Pulau Gag; PT Kawei Sejahtera Mining di Pulau Kawe, Waigeo Barat; PT Mulia Raymond Perkasa yang beroperasi di dua titik: Pulau Manyaifun dan Batang Pele; serta PT Anugerah Surya Pratama yang mengeksplorasi Pulau Manuran, Distrik Waigeo Utara.
Aksi ini menjadi pengingat penting bahwa keindahan Raja Ampat bukan untuk dieksploitasi, melainkan untuk dijaga. Dan suara dari Sorong ini adalah panggilan agar pembangunan tidak hanya mengejar angka ekonomi, tetapi berpijak pada keadilan sosial dan keberlangsungan lingkungan hidup Papua (Irianti)