Panorama bukit dan danau sentani diliat dari atas pesawat. Foto : Beritalingkungan.com/Marwan Azis |
Oleh: Adiani Viviana*
Selamat pagi, Gunung Cyclop
Sampai di sini saja sa bisa menatapmu
Sampai jumpa lagi. Sa titip pesan ini padamu
Si Bapak su datang lagi ke Tanah ini
Mau penuhi janji atau bikin janji kaa?
Hadir memang lebih dari sekadar ada
Tapi tetap, harus banyak dan terus mendengar dan melihat yang terjadi di Tanah ini
Mungkin trada lagi air mata
Namun keringat perjuangan takkan pernah kering, terus mengalir
Untuk hutan sagu yang dilenyapkan, untuk suara-suara yang dibungkam,
Untuk nyawa-nyawa yang ditiadakan paksa, untuk mutiara yang dirampas,
Untuk identitas yang dihancurkan
Di sini, di poros Tanah ini, udara tak lagi ringan dihirup
Berat. Sama beratnya dengan Mama Dolly pu cerita hidup
Ia perempuan yang melahirkan 12 anak
Kini Mama Dolly pu badan pun su sering tra enak
Kini, ia menanggung hidup sendiri
Suami su meninggal karena sakit
Dan ratusan Mama Dolly tersebar di Tanah ini
Iya, hadir memang lebih dari sekadar ada
Dan kehadiran Bapak di Tanah ini selalu menyisakan berbagai cerita
Sa tratau, apakah selalu begini, banyak Polisi dan TNI beraksi
Saat Bapak akan datang ke Tanah ini
Mobil dan motor bersirine riuh menjelang Bapak tiba
Menimpa suara sirine ambulance
Di Tanah ini, hampir setiap hari suara sirine ambulance nyaring menyayat
Entah berisi mayat, maupun manusia yang sedang sekarat
Infrasutruktur yang sedang Bapak canangkan ini, mau ke mana arahnya?
Hanya mengikuti angin berbisik saja kaa?
Jangan lupakan dampak
Jangan tinggalkan kebutuhan pendidikan dan kesehatan ribuan perempuan dan anak
Atau Tanah ini tak perlu itu?
Dengarkan hati dan suara Tanah ini!
Sepertinya, di poros Tanah ini, hujanpun mulai enggan berkawan;
Hujan malam hari tak lagi menghadirkan langit bersih di waktu pagi
Hujan menyisakan sampah berserak di sana sini
Air got-got meluap ke jalanan
Hujan juga menyisakan cerita lenyapnya internet pu jaringan
Ya, langit dan awan yang memayungi tanah ini tak lagi sebersih dan sebiru dahulu
Gurat-gurat asap dan debu menjadikannya kelabu
Mirip kelabunya nasib hutan sagu
Trada lagi sa lihat gerombolan kupu-kupu
Barangkali hanya gunung Cyclop yang trada berubah
Sekejap memandangnya, ia masih tampak berwibawa, anggun dan gagah
Menatapnya menggetarkan jiwa
Kepada Cyclop, mungkin kita bisa bertitip pesan
Agar ia ingatkan Si Bapak dan kawan-kawannya;
Jika mereka sakiti dan lalai penuhi kewajiban
Jika mereka terus membelenggu kebebasan
Jika mereka terus memperkosa Ibu Kandung dari orang-orang di sini: Tanah ini !!
Sentani, 18 Oktober 2016
*Penulis adalah Pekerja Hak Asasi Manusia
–>