Ilustrasi pertanian vertikal. Foto : Getty.
LANDON, BERITALINGKUNGAN.COM – Pertanian vertikal yang memanfaatkan rak bertingkat di rumah kaca canggih dapat menawarkan manfaat lingkungan yang sebanding dengan pertanian konvensional di ladang, menurut studi terbaru dari Universitas Surrey dan Universitas Aberdeen.
Penelitian ini menunjukkan bahwa metode ini dapat menghemat hingga 8.000 hektar lahan di Inggris.
Dalam studi yang difokuskan pada pertanian selada vertikal di Inggris, ditemukan bahwa produksi selada ini menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 740 gram per kilogram selada. Angka ini sebanding dengan pertanian konvensional namun menggunakan lahan yang jauh lebih sedikit.
“Temuan kami menunjukkan bahwa pertanian vertikal dapat membantu mengurangi dampak iklim dari pertanian, terutama jika sumber listriknya berasal dari energi terbarukan,” ujar Dr. Zoe Harris, Dosen Senior di Lingkungan dan Keberlanjutan seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman surrey.ac.uk (16/08/2024).
Pertanian vertikal menggunakan sekitar 28 kali lebih sedikit lahan dibandingkan metode pertanian tradisional. Jika semua ladang selada digantikan dengan pertanian vertikal, Inggris dapat menghemat lebih dari 8.000 hektar lahan, yang bisa digunakan untuk menanam tanaman lainnya. Selain itu, pertanian vertikal dapat dibangun di kota-kota, sehingga mengurangi dampak transportasi terhadap produk pertanian.
“Studi kami adalah langkah awal penting untuk menunjukkan bahwa pertanian vertikal bisa lebih ramah lingkungan dari yang diperkirakan sebelumnya, meskipun data yang tersedia masih terbatas,” tambah Michael Gargaro, Mahasiswa Pascasarjana Penelitian.
Dalam sistem pertanian vertikal, tanaman seperti selada atau herba ditanam dalam rak yang ditumpuk di lingkungan yang terkendali. Tanaman ini tumbuh tanpa tanah, menggunakan air yang kaya nutrisi atau bahkan kabut yang disemprotkan ke akar tanaman yang terekspos.
Namun, penggunaan listrik mempengaruhi hampir 40% dari total dampak perubahan iklim pertanian vertikal. Oleh karena itu, dampak iklim pertanian vertikal sangat bergantung pada cara listrik tersebut dihasilkan.
Penelitian juga mengevaluasi dampak lingkungan lainnya seperti penggunaan lahan, penggunaan air, dan pencemaran air. Salah satu dampak lingkungan terbesar berasal dari penggunaan plug jute untuk menanam benih selada, yang menyumbang 18% dari dampak perubahan iklim serta sebagian besar pencemaran air dan penggunaan lahan.
“Penggunaan bahan lain seperti serat kelapa, hemp, atau perlit bisa menjadikan pertanian vertikal lebih berkelanjutan,” saran Michael Gargaro.
Studi ini diharapkan dapat memotivasi penelitian lebih lanjut mengenai keberlanjutan sektor pangan dan mendorong inovasi dalam metode pertanian yang lebih ramah lingkungan (Marwan Aziz)