Awan hitam di sekitar wilayah Artik. Foto : Alfred-Wegener-Institut / Frank Rödel.
BERLIN, BERITALINGKUNGAN.COM– Tahun 2023 mencatat sejumlah rekor mengejutkan terkait pemanasan global, termasuk naiknya suhu rata-rata global hampir mencapai 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industri.
Penelitian terbaru dari Alfred Wegener Institute mengungkap penyebab potensial lonjakan suhu mendadak ini: berkurangnya awan di ketinggian rendah yang membatasi kemampuan Bumi memantulkan radiasi matahari.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, penurunan tingkat albedo planet—persentase radiasi matahari yang dipantulkan kembali ke luar angkasa—mencapai level terendah sejak 1940. Awan rendah, yang biasanya berperan besar dalam memantulkan sinar matahari, mengalami penurunan signifikan, terutama di Atlantik Utara dan kawasan tropis. “Tanpa penurunan albedo sejak Desember 2020, suhu rata-rata 2023 seharusnya lebih rendah sekitar 0,23 derajat Celsius,” kata Dr. Helge Goessling, pemimpin penelitian tersebut seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman awi.de (09/12/2024).
Dampak Penurunan Awan Rendah
Penurunan awan rendah tidak hanya mengurangi efek pendinginan akibat refleksi sinar matahari, tetapi juga tidak memberikan efek pemanasan seperti awan tinggi yang menahan radiasi panas di atmosfer.
Peneliti mencatat bahwa berkurangnya awan rendah dapat disebabkan oleh penurunan aerosol buatan manusia di atmosfer, yang merupakan akibat dari regulasi bahan bakar kapal yang lebih ketat. Aerosol berperan penting dalam pembentukan awan dan juga membantu memantulkan sinar matahari.
“Jika penurunan awan rendah ini sebagian besar disebabkan oleh umpan balik antara pemanasan global dan awan, kita mungkin menghadapi pemanasan yang jauh lebih intens di masa depan,” tambah Goessling.
Implikasi bagi Perubahan Iklim
Temuan ini memberikan peringatan keras terkait target iklim global. Jika pemanasan global terus dipercepat, batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris mungkin akan terlampaui lebih cepat dari perkiraan. Hal ini mengurangi waktu yang tersedia untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan urgensi dalam beradaptasi terhadap dampak cuaca ekstrem di masa depan.
Dengan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, kolaborasi internasional yang lebih kuat diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih buruk bagi planet kita. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memantau perubahan awan rendah sebagai indikator kritis dalam memahami dinamika pemanasan global (Marwan Aziz).