Mikroplastik dapat memakan waktu dari 100 hingga 1.000 tahun untuk terurai. Banyak yang masih belum diketahui tentang dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sumber: Whitehouse/iStock.
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Dalam upaya mengatasi polusi mikroplastik yang semakin memprihatinkan, sebuah terobosan baru diumumkan oleh tim peneliti dari Universitas California San Diego dan perusahaan ilmu material, Algenesis.
Penelitian terbaru mereka menunjukkan bahwa polimer berbasis tumbuhan yang mereka kembangkan mampu terurai sepenuhnya, bahkan pada level mikroplastik, dalam waktu kurang dari tujuh bulan. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Scientific Reports, memberikan harapan baru dalam perang melawan pencemaran plastik.
Mikroplastik, yang dikenal sebagai fragmen kecil yang hampir tidak bisa dihancurkan dari produk plastik sehari-hari, telah terdokumentasi secara luas dalam lautan dan tanah, serta ditemukan dalam arteri, paru-paru, bahkan plasenta manusia. Karena dapat memakan waktu hingga 1.000 tahun untuk terurai, pencarian alternatif yang dapat terurai bagi plastik berbasis petroleum menjadi sangat diperlukan.
“Kami baru saja mulai memahami dampak dari mikroplastik. Kami baru menggaruk permukaan untuk mengetahui dampak lingkungan dan kesehatannya,” ungkap Profesor Kimia dan Biokimia Michael Burkart, salah satu penulis studi tersebut dan salah satu pendiri Algenesis seperti dikutip Beritalingkungan dari laman ucsd.edu (25/03/2024).
“Kami mencoba menemukan pengganti untuk bahan yang sudah ada, dan memastikan pengganti ini dapat terurai di akhir masa gunanya, bukan menumpuk di lingkungan. Ini tidak mudah.”ujarnya.
Penelitian ini membawa kabar baik bahwa polimer berbasis alga yang mereka kembangkan, yang dimulai sekitar enam tahun lalu, benar-benar dapat terurai. “Kami memiliki banyak data yang menunjukkan bahwa bahan kami menghilang dalam kompos, namun ini adalah kali pertama kami mengukurnya pada level mikropartikel,” kata Robert Pomeroy, salah satu penulis studi dan juga profesor kimia dan biokimia serta salah satu pendiri Algenesis.
Untuk menguji biodegradabilitasnya, tim menumbuk produk mereka menjadi mikropartikel halus dan menggunakan tiga alat ukur berbeda untuk memastikan bahwa, saat diletakkan dalam kompos, material tersebut dicerna oleh mikroba.
Hasil awal menunjukkan bahwa hampir 100% mikroplastik berbasis petroleum masih bisa dipulihkan setelah 90 dan 200 hari, menandakan tidak ada biodegradasi. Sebaliknya, setelah 90 hari, hanya 32% mikroplastik berbasis alga yang dapat dipulihkan, menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiganya telah terdegradasi. Setelah 200 hari, hanya 3% yang dipulihkan, menandakan bahwa 97% dari material tersebut telah menghilang.
“Material ini adalah plastik pertama yang terbukti tidak menciptakan mikroplastik saat digunakan,” kata Stephen Mayfield, profesor di School of Biological Sciences dan salah satu penulis serta pendiri Algenesis. “Ini lebih dari sekedar solusi berkelanjutan untuk siklus hidup produk akhir dan tempat pembuangan sampah yang penuh sesak. Ini sebenarnya plastik yang tidak akan membuat kita sakit.”terangnya.
Algenesis telah bermitra dengan beberapa perusahaan untuk membuat produk yang menggunakan polimer berbasis tumbuhan yang dikembangkan di UC San Diego, termasuk Trelleborg untuk bahan pelapis dan RhinoShield untuk produksi casing ponsel.
“Ketika kami memulai pekerjaan ini, kami diberi tahu bahwa itu mustahil,” ungkap Burkart. “Sekarang kami melihat kenyataan yang berbeda. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi kami ingin memberikan harapan. Ini mungkin.”tuturnya.
Penelitian ini didukung oleh dana dari Departemen Energi Amerika Serikat (AS), menunjukkan komitmen terhadap pengembangan solusi berkelanjutan yang dapat mengurangi beban pencemaran plastik di lingkungan (Marwan Aziz)