BERAU, BERITALINGKUNGAN.COM – Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRPBAP3 KKP) memperkenalkan pendekatan Shrimp-Carbon Aquaculture (SECURE) sejak tahun 2020 dengan lokasi percontohan di Kampung Pegat Batumbuk dan Kampung Tabalar Muara. Hal itu dilakukan untuk mendukung praktik budi daya udang ramah lingkungan di ekosistem mangrove.
Peneliti BRPBAP3 KKP Dr. Taruna Mulia mengatakan, karakteristik umum tambak air payau di Kabupaten Berau adalah untuk budi daya bandeng dan udang windu. Permasalahan yang dihadapi biasanya adalah kualitas benih yang rendah, manajemen kualitas air dan tanah tambak yang belum sesuai, serta penggunaan pestisida yang tidak terkontrol.
“Melalui pendekatan SECURE kita coba mengatasinya lewat perbaikan desain dan konstruksi tambak, manajemen kualitas lingkungan, serta penyesuaian teknologi budi daya. Ke depan kita juga bisa memfungsikan tambak SECURE sebagai demplot pembelajaran, mendiseminasikan pengalaman melalui program sekolah lapang serta pendampingan pengembangan kelompok dan usaha,” kata Taruna.
Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman menjelaskan, melalui program SECURE telah direstorasi 10 hektare tambak udang aktif menjadi dua hektare tambak udang. Sementara areal sisanya, sebesar 8 hektare digunakan sebagai areal restorasi mangrove yang akan mendukung pakan alami untuk udang dan ikan, serta mengurangi emisi karbon.
Program tambak SECURE dilakukan dengan mendesain ulang tambak udang ke ukuran yang lebih kecil dan menggabungkannya dengan restorasi hidrologi mangrove. “Tambak yang dikonversi dari kawasan mangrove dan dibiarkan terbengkalai, selain tidak produktif, juga berpotensi menimbulkan masalah lingkungan lainnya,” ujar Ilman.
Upaya melindungi ekosistem mangrove di Kabupaten Berau secara tidak langsung mendukung produksi perikanan tangkap dan budi daya yang berkelanjutan. Sebagai habitat udang, ikan dan kepiting, ekosistem mangrove memiliki arti penting bagi nelayan dan petambak, serta masyarakat pesisir Kabupaten Berau.
Sementara itu, perwakilan Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA) Abzhal Bastarie menjelaskan, sebagai pendamping lapangan, pihaknya melihat beberapa keunggulan tambak SECURE.
“Keunggulannya yaitu panen sampingan dari alam bisa dilakukan setiap bulan, adanya pembagian jenis biota yang dibudi daya, proses panen yang lebih efektif dan efisien, dan tidak ada hama yang menggangu,” kata Abzhal.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Berau Tenteram Rahayu membenarkan jika praktik akuakultur yang berkelanjutan perlu diterapkan, karena pertumbuhan ekonomi dapat berjalan selaras dengan upaya global dalam menurunkan emisi gas rumah kaca
“Dari hasil uji coba siklus pertama ini kami optimistis bahwa pendekatan SECURE mampu meningkatkan produktivitas tambak dengan melibatkan masyarakat setempat dalam merestorasi sebagian tambak yang tidak produktif menjadi mangrove yang sehat kembali,” ujarnya.
Kabupaten Berau tercatat sebagai wilayah yang memiliki ekosistem mangrove terluas di Provinsi Kalimantan Timur. Namun, pembukaan tambak udang yang tidak terencana menjadi pendorong utama deforestasi mangrove di wilayah ini.
Perubahan alih fungsi lahan mangrove berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem, sekaligus mengancam sumber penghidupan masyarakat pesisir. Untuk mengatasi hal itu, metode SECURE bisa direplikasi pada tambak-tambak yang ada di Kabupaten Berau. (Jekson Simanjuntak)