Gunung Salak. Foto : Edypurnomo.net |
Mereka akhirnya berhasil di evakuasi, setelah dikabarkan hilang dan kehabisan logistik selama dua hari sejak Kamis (28/01). Upaya pencarian segera dilakukan dengan melibatkan banyak pihak, diantaranya: Tanggap Siaga Bencana (Tagana), Radio Antar Penduduk Indonesai (RAPI), Tim Reaksi Cepat (TRC) Kabupaten Bogor, Suar Rafting, Wapalapa Universitas Pakuan, Lawalata IPB, Wanadri, Ranita Sagaya serta Pecinta Alam dari SMA Negeri 4 Bogor.
Menurut salah seorang pendaki yang tersesat, Adib, kegiatan mereka mendaki Gunung Salak hanya sekadar jalan-jalan. “Nggak-nggak ada kegiatan apa-apa. Niat kita naik Gunung Salak cuma ingin jalan-jalan saja, bukan untuk memenuhi target menjadi Anggota Biasa Mapalaska,” ucapnya usai menjalani perawatan tim medis PMI Bogor di Villa Cunang Iin, Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, dini hari kemarin.
Adib mengakui bahwa pendakian ke Gunung Salak merupakan ilegal. “Ya sudah tahu sih, bahwa Gunung Salak melarang pendakian. Habis mau gimana lagi, soalnya nggak ada waktu lagi, kita terbentur dengan ujian,” ujarnya.
Proses Evakuasi Terhambat Cuaca Buruk
Tim evakuasi dari UIN Yogyakarta dan Jakarta berhasil mengetahui posisi enam mahasiswa yang hilang di Gunung Salak, Bogor. Namun proses evakuasi tidak bisa dilanjutkan karena buruknya cuaca dan kurangnya logistik.
Menurut Jaka, anggota Wanadri yang terlibat dalam upaya evakuasi, posisi enam mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta sebenarnya sudah bisa diketahui sejak pukul 14.37 WIB Sabtu (30/1/2010) pagi.
“Di ketinggian 2100 meter SURVIVOR membutuhkan logistik dan alat vertical rescue”, ujar Jaka.
Cuaca di Gunung Salak yang terus memburuk disertahi hujan deras dan kabut tebal memaksa tim evakuasi lainnya tidak bisa mendaki. “Pendakian dilanjutkan besok,” jelasnya.
Minggu pagi, kondisi fisik dari keenam pendaki mulai membaik. Hiportermia yang sempat menyerang mereka, berangsur-angsur mulai hilang.
Begitu mengetahui kondisi korban yang lebih stabil dan di dukung cuaca yang bersahabat, malam harinya, sebuah tim kecil berjumlah sembilan orang diberangkatkan untuk menjemput korban yang telah bergabung dengan tim pencari sebelumnya.
“kami akhirnya memutuskan mengirim tim SRU lagi, karena faktor cuaca yang mendukung selain mengingat logistik para survivor dan tim pencari yang mulai menipis. Mau gak mau kita harus mengirim bantuan. Ditakutkan, waktu yang makin lama akan membuat mental survivor semakin lemah” ujar Ogi, kordinator komunikasi.
Diberi sanksi
Para pendaki dari MAPALASKA, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang hilang selama dua hari di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, rencananya akan diberi sanksi oleh Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGHS), Bambang Supriyanto.
Menurut Bambang, pihaknya tidak akan segan-segan memberikan sanksi tegas berupa blacklist (daftar hitam) kelompok pecinta alam yang dilarang memasuki seluruh Taman Nasional yang ada di Indonesia karena tindakan mereka mendaki Gunung Salak menyalahi aturan.
“Yang bersangkutan akan kami berikan sanksi,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bambang Supriyanto di lokasi, Minggu(31/1/2010).
Lebih lanjut Bambang mengatakan, jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan dan Pasal 78 KUHP, mereka bisa terkena sanksi pidana 8-10 tahun penjara. “Karena mempertimbangkan azas kemanusiaan, sebagai pembelajaran, kami hanya mengenakan sanksi sosial dulu,” tegasnya.
Enam mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang sudah berhasil dievakuasi ternyata tidak memiliki izin mendaki, padahal mereka sudah diingatkan bahwa ada pelarangan melakukan pendakian karena faktor cuaca.
Menurut Bambang, salah satu sanksi yang akan diberikan kepada enam mahasiswa tersebut adalah dengan melakukan permohonan maaf kepada publik selama 2 minggu. Selain itu, keenam mahasiswa tersebut juga harus memperbaiki jalan yang rusak di kawasan Gunung Halimun Salak.
“Apabila tidak kooperatif akan diberlakukan blacklist kepada 6 orang itu,” jelas Bambang.
Sementara itu, AKBP Tomex Korniawan, selaku Kapolres Bogor, meminta agar pemulihan fisik korban lebih diutamakan. “saya pikir masalah sanksi bisa dibicarakan selanjutnya, karena kondisi fisik mereka sudah sangat lemah. Saat ini kita prioritaskan pemulihan mereka dulu. Kasihan melihat kondisi fisik mereka”, ujar AKBP Tomex.
Selain dilakukan pemeriksaan kesehatan, ke enam pendaki tersesat tersebut juga disuguhi makanan guna memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Merasa Tidak Tersesat
Sebelumnya Adib dan kelima rekannya merasa tidak tersesat selama melakukan pendakian ke Gunung Salak. Namun karena sudah kehabisan logistik, akhirnya mereka sepakat untuk menghubungi rekan lainnya untuk meminta bantuan.
“Sebenarnya kami tidak tersesat. Kami hanya menghubungi teman karena kehabisan logistik,” tukas Adib.
Adib menjelaskan, ia dan rekan-rekan meminta untuk turun malam ini (01/02/2010) juga karena mereka harus kembali ke kampus untuk menjalani perkuliahan. ” kami memaksa turun, karena besok ada keperluan kuliah,” pungkasnya. (Jekson Simanjuntak).