TANJUNGPINANG, BL– Laut Pantai Trikora Kabupten Bintan dilaporkan tercemar limbah minyak hitam yang diduga dibuang oleh kapal dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kawasan Pantai Trikora yang sebelumnya hijau dan berair jernih, kini berobah hitam pekat, bercampur oli bekas.
Pencemaran tersebut berdampak pada terganggunya aktivitas nelayan dan wisatawan di Pantai Trikora. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bintan, Baini, mengatakan, akibat adanya pencemaran limbah minyak di laut dan sekitar pantai Trikora-Bintan ini, 300-lebih nelayan Bintan terancam kehilangan mata pencaharianya. Apalagi nelayan lokal masih tergolong nelayan tradisional dimana biasanya mereka hanya didukung dengan perahu dan peralatan sederhana.
‘’Kalau kita lihat saat ini, limbah pekat hampir tersebar sepanjang 1 mil dari bibir pantai, dan di tepi pantai terhampar oli bercampur aspal, ikan-pun sudah pasti tidak ada lagi,” ungkapnya seperti dikutip Riau Pos (25/3).
Dikatakan Baini, pihaknya mendesak Pemerintah Kabupaten Bintan dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan kondisi ini. Kejadian pencemaran di Pantai Trikora tersebut bukanlah yang pertama kali, sehingga perlu kiranya dilakukan penanganan khusus.
“Kami sangat berharap, pemerintah dapat mengawasi pencemaran yang dilakukan kapal secara terselubung ini, demikiaan juga perusahaan-perusahaan kapal agar memiliki kepeduliaan terhadap lingkungan dan tidak membuang limbahnya sembarangan. Persoalan ini butuh atensi dari semua pihak, sehingga nelayan dan para wisatawan yang berkunjung ke Bintan dapat menikmati indah dan asrinya panorama laut di Bintan,” ujarnya.
Sementara itu, Johan (30), salah seorang nelayan yang baisa melaut di sekitar Trikora mengatakan, kalau saat ini banyak nelayan menyandarkan perahunya di sekitar dermaga Jembatan Kawal. Sulitnya mendapat iklan membuat para nelayan lebih memilih beralih profesi sebagai kuli bangunan, bahkan menjadi pemulung.‘’Kalaupun kami memaksa melaut, kami cuma dapat ikan mati, mau tidak mau, kami harus mencari pekerjaan lain, di darat,” keluhanya.
Tragisnya kendati kejadiaan ini sudah dikeluhkan nelayan sejak beberapa pekan sebelumnya, namun hingga berita ini ditulis, Badan Lingkungan Hidup Bintan, belum mengambil tindakan atas kasus pencemaran di kawasan tersebut.
Sementara itu, beberapa wisatawan yang berada di Pantai Trikora pada Minggu sore mengurungkan niatnya untuk berenang karena perairannya kotor oleh limbah minyak.”Sepertinya limbah minyak itu belum meluas. Hanya berada di tempat peristirahatan kami, dan beberapa lokasi lainnya,” kata salah seorang wisatawan asal Pekanbaru, Hasan.
Hasan bersama keluarganya sejak dua hari lalu berlibur di Tanjungpinang. Hari ini ia beserta keluarganya berniat menikmati keindahan Pantai Trikora. Menurutnya, limbah minyak yang terapung di beberapa kawasan di perairan Trikora itu dibawa oleh ombak. Kemungkinan limbah minyak itu tumpahan dari kapal.”Ini limbah minyak yang belum dikelola,” ungkapnya seperti dilansir Antara.
Limbah minyak membuatnya ia mengurungkan niatnya untuk berenang di pantai yang memiliki pasir putih dan dulunya bersih itu. Limbah itu membahayakan kesehatan wisatawan jika tertelan.”Sayang, pantai indah ini dicemari limbah minyak,” kata Hasan yang juga karyawan perusahaan perminyakan di Pekanbaru.
Anita, wisatawan lainnya yang berkunjung ke Pantai Trikora bersama keluarganya juga merasa kecewa melihat beberapa kawasan di Pantai Trikora tercemar limbah minyak.
Perairan ini sudah beberapa kali tercemar limbah minyak. Selain Pantai Trikora, limbah minyak juga pernah mencemari kawasan wisata internasional di Lagoi, Bintan.”Kami sudah membawa pelampung dan berencana menyewa perahu untuk berenang di tengah laut. Tetapi kami batalkan untuk berenang, karena perairan tercemar limbah,” ungkapnya.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Bintan hingga kini masih melakukan penyelidikan. Badan yang mengurusi lingkungan tersebut mengaku sudah mengantongi informasi dari masyarakat sejak beberapa pekan terakhir.
Kepala Bidang Pengaduan Masyarakat BPLHD, Karya mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan sebelum melakukan tindakan apa yang tepat. (Riau Pos/Antara)