Emily Williams dengan latar kawanan Penguin di Kepulauan Falklands.Foto : ceh.ac.uk
FALKAND, BERITALINGKUNGAN.COM– Di ujung dunia bagian selatan, tersembunyi gugusan pulau terpencil yang menjadi rumah bagi ribuan makhluk menakjubkan tepatnya di Kepulauan Falkland.
Kepulauan Falkland adalah sebuah wilayah seberang laut milik Britania Raya di Samudra Atlantik Selatan yang berada di benua Amerika Selatan, namun letaknya terpisah dari daratan benua Amerika Selatan di lepas pantai timur Patagonia, Argentina sejauh 300 mi (480 km).
Di antara hamparan padang putih whitegrass, semak merah Empetrum rubrum, dan koloni penguin yang tampak seperti penjaga alam, perjuangan sunyi sedang berlangsung: melawan serangan spesies asing invasif yang mengancam ekosistem pulau.
Selama tiga tahun terakhir, Darwin Plus 175, proyek kolaborasi internasional yang dipimpin oleh UK Centre for Ecology & Hydrology (UKCEH), mengerahkan para ahli untuk meneliti, mengendalikan, dan memberantas spesies non-asli yang menginvasi Kepulauan Falkland.
Dalam kunjungan terbarunya, ahli ekologi Emily Williams, bersama tim dari UK dan Siprus, berbagi ilmu dan strategi bersama para pejuang konservasi lokal yang selama ini bekerja di garis depan.
“Kita tidak hanya berbicara soal burung atau tumbuhan. Kita berbicara tentang masa depan lanskap unik dan kehidupan masyarakat lokal yang bergantung padanya,” ujar Williams seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman ceh.ac.uk (30/06/2025).
Pulau yang Indah tapi Rentan
Kepulauan Falkland terdiri dari lebih dari 700 pulau, dengan luas daratan setara separuh wilayah Wales. Di balik kecantikannya, tersembunyi ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan luar. Sejumlah tanaman hanya tumbuh di sini: Falklands woolly ragwort, snake plant, dan Nassauvia Falklands, yang baru ditemukan tahun 2013 dan kini tergolong kritis.
Hewan khas pun bertebaran di setiap sudut. Selain menjadi rumah bagi populasi penguin Gentoo terbesar di dunia, Falkland juga menjadi tempat tinggal penguin Raja, Magellan, Macaroni, dan Rockhopper, serta anjing laut gajah, paus, dan lebih dari 220 spesies burung.
Namun, semua itu kini terancam oleh tamu tak diundang.
Ancaman Senyap dari Spesies Asing
Spesies invasif seperti tikus Norwegia, kucing liar, kelinci Eropa, dan tanaman berduri calafate menyusup pelan-pelan ke dalam sistem kehidupan pulau.
Mereka tidak hanya menggusur flora dan fauna asli, tetapi juga merugikan para peternak yang bergantung pada vegetasi dan wol domba.
Sejak 2017, lebih dari 2.800 hektar lahan telah disurvei dan dikendalikan dari calafate, semak berduri yang menyebar cepat dan bisa merusak kualitas wol. Kambing liar juga menjadi prioritas pemberantasan karena menyebabkan degradasi padang rumput dan menyebarkan penyakit.
Teknologi dan Anjing Pelacak di Barisan Terdepan
Upaya konservasi Falkland kini memasuki babak baru. Melalui pemanfaatan aplikasi Locus dan basis data keanekaragaman hayati Falkland, semua data spesies—termasuk 475 pulau luar yang disurvei—diintegrasikan dalam sistem pemantauan yang terpusat.
Salah satu pendekatan yang menarik adalah penggunaan anjing pelacak. Dilatih secara khusus untuk mengendus keberadaan tikus dan spesies invasif lain, anjing-anjing ini memeriksa kargo, kapal, hingga pulau-pulau tanpa penghuni. Di antara para pahlawan berbulu ini adalah Sammy, pelacak senior, dan Quince, pelatih muda yang baru memulai kariernya menjaga alam.
“Kami kagum melihat bagaimana kecerdasan dan insting alam dapat disatukan demi perlindungan ekosistem,” ujar seorang anggota tim dari South Atlantic Detection Dogs.
Masa Depan: Kolaborasi dan Kesadaran Publik
Kendala utama bukan hanya pada medan, tapi juga pada minimnya regulasi, keterbatasan dana, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Dalam lokakarya empat hari, para peserta sepakat membentuk kelompok kerja spesies invasif, serta mengembangkan poster edukatif, kartu pos, dan promosi melalui platform sains warga seperti iNaturalist.
Mereka juga menyoroti pentingnya repositori data online sebagai jembatan antar-lembaga, memudahkan akses, koordinasi, dan respons cepat jika terjadi reinvasi.
Pelajaran dari Ujung Dunia
Melihat langsung betapa kompleks namun pentingnya konservasi di Kepulauan Falkland menjadi pengalaman transformatif. Dari rumput putih yang melambai di bukit, hingga mata penguin yang mengamati senyap dari kejauhan—kita diingatkan bahwa setiap ekosistem, sekecil apapun, adalah bagian dari jaring kehidupan global.
Dan di Falkland, perjuangan itu terus menyala—antara ilmu pengetahuan, dedikasi, dan harapan. Alam memiliki caranya sendiri untuk bertahan. Tapi ketika manusia menjadi bagian dari solusi, bukan ancaman—maka konservasi bukan sekadar kerja teknis. Ia menjadi bentuk cinta yang paling murni pada planet ini (Marwan Aziz)