SWISS, BERITALINGKUNGAN.COM — Peneliti doktoral yang berbasis di Swiss Sauradeep Majumdar memikat para juri dan audiens global dalam final FameLab International 2020 dengan risetnya yang menjelaskan bagaimana para ilmuwan menangkap karbon untuk memerangi perubahan iklim.
Sauradeep (27), peneliti doktoral dari Departemen Kimia, Fakultas Teknik Kimia di Cole Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) berhasil mengalahkan 19 ilmuwan lainnya yang menjadi pesaing terkuat pada babak semi final. Di babak final, ia berhasil mengukuhkan posisinya sebagai peraih FameLab Internasional 2020.
Beberapa waktu lalu, dalam sebuah sesi mewawancara dengan British Council, Sauradeep bercerita tentang kesuksesannya di ajang FameLab. Ia berbagi kisah tentang pengalaman dan penelitiannya, termasuk apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Sauradeep mengatakan, kesuksesannya berasal dari rasa ingin tahu tentang banyak hal. Ia lalu belajar melalui sains dan teknik yang ternyata dapat membantu dan membawamya ke arah yang seperti sekarang ini.
Saat ini, Sauradeep sedang menyelesaikan PhD bersama kelompok Profesor Berend Smit di EPFL. Kelompok penelitian mereka sangat terkenal di seluruh dunia karena berhasil meneliti tentang simulasi molekuler, penangkapan karbon, dan sejumlah hal lainnya terkait atom.
Sauradeep memang dikenal suka berbicara di depan umum, namun ia belum pernah mencobanya di bidang sains secara khusus. “Jadi, saya pikir melalui FameLab, saya bisa belajar lebih banyak tentang komunikasi sains dan berbicara di depan umum,” katanya.
Sauradeep menambahkan, Alberto Antonietti seorang mantan peserta FameLab Italia yang memperkenalkannya pada FameLab selama belajar di EPFL. Ia lalu berusaha sangat keras untuk bisa mengikuti ajang bergengsi itu.
Menurut Sauradeep, baik kompetisi nasional Swiss maupun ajang internasional online merupakan pengalaman yang luar biasa dan sangat istimewa. “Saya belajar banyak dan bertemu dengan beberapa orang yang luar biasa,” terangnya.
Saat ditanya, teknik apa yang digunakan Sauradeep dalam menyampaikan konsep teknis kepada audiens non-ahli, ia mengaku hanya mengikuti pedoman 3C (konten, kejelasan, dan karisma) yang telah ditentukan oleh FameLab.
Sebelum mengikuti kompetisi, Sauradeep terlebih dahulu bertanya ke sejumlah pihak tentang pesan apa yang ingin ia dibagikan ke orang-orang. Ia kemudian mendapatkan umpan balik, khususnya dari orang-orang yang berbeda, seperti keluarga, teman, teman lab, termasuk alumni FameLab. “Itu sangat membantu,” ujarnya.
Secara umum, penelitian Sauradeep berbicara tentang bagaimana mengembangkan bahan untuk menangkap CO2. Perkembangan itu menurutnya sebagai pendorong utama dalam mengatasi emisi CO2 dan perubahan iklim.
Sauradeep percaya bahwa desain bahan nanopori akan memainkan peran yang sangat penting dalam menangkap CO2, yang diidentifikasi sebagai salah satu cara paling menjanjikan dalam mengatasi perubahan iklim.
Saat ini, beberapa dari bahan-bahan tersebut sedang diuji coba oleh beberapa industri dan pekerjaan tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi biaya dari bahan-bahan yang digunakan, sebelum diproduksi masal.
“Ini akan memakan waktu, tetapi pada akhirnya, di tahun-tahun mendatang, kita akan melihat lebih banyak materi ini di sekitar kita,” terangnya.
Secara umum, hal yang membawa Sauradeep ke bidang penelitian ini adalah penyatuan minat. Ia menyukai topik pemanasan global sejak masa sekolah. Ia kemudian menggabungkan teknik kimia dan pemrograman komputer, yang akhirnya membawanya pada bidang penelitian ini.
Ketika akhirnya FameLab memilihnya, Sauradeep meyakini bahwa apa yang ia kerjakan sebagai wujud dari berbagi dengan banyak orang di seluruh dunia. Final Swiss serta Final Internasional yang disiarkan secara langsung, membuatnya semakin istimewa.
Atas pencapaian itu, Sauradeep akan melanjutkan penelitian PhDnya di bidang ini. Ia akan terus mengomunikasikan penelitiannya kepada lebih banyak orang, sehingga muncul kesadaran bahwa pemanasan global harus dihentikan, jika ingin hidup lebih lama di Bumi.
“Saya berharap melalui karya ini, saya dapat membantu dan menginspirasi anak-anak, siswa, dan masyarakat pada umumnya,” tandasnya. (Jekson Simanjuntak)