Krisis Kemanusian dan Ekologi Gaza, Greenpeace : Dunia Diam Bentuk Keterlibatan

Berita Lingkungan Environmental News Terkini

Warga Palestina berjalan melewati rumah-rumah yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada bulan Februari. Para ahli PBB memperkirakan, berdasarkan data satelit, bahwa perang tersebut telah menghasilkan sekitar 42.000 juta ton puing, volume yang 14 kali lebih besar dari semua konflik dalam 16 tahun terakhir. Foto : Mahmoud Issa/Reuters.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Organisasi lingkungan global Greenpeace mengeluarkan pernyataan keras atas tragedi kemanusiaan yang tengah berlangsung di Gaza, yang mereka sebut sebagai “bencana kemanusiaan yang diperparah oleh pembersihan etnis dan penghancuran lingkungan hidup.”

Dalam pernyataannya, Greenpeace menyebutkan bahwa aksi militer Israel yang dikenal dengan nama “Operasi Kereta Gideon” telah menyebabkan kerusakan luas, tidak hanya terhadap warga sipil Palestina tetapi juga terhadap infrastruktur penting, sumber daya air, dan lingkungan alami yang menopang kehidupan dua juta lebih penduduk Gaza.

“Ini bukan hanya konflik. Ini adalah kegagalan moral global. Ini tentang impunitas, dan bagaimana dunia menutup mata terhadap kejahatan yang terjadi secara terbuka,” demikian pernyataan resmi Greenpeace yang diterima Beritalingkungan.com (27/05/2025).

Lingkungan dan Manusia Menjadi Korban

Anak-anak Palestina memilah sampah memilah sampah di tempat pembuangan sampah di kamp pengungsi Nuseirat, Jalur Gaza, Kamis (20/6/2024). Konflik yang terjadi di wilayah Gaza telah menghancurkan sistem sanitasi serta membuat sebagian besar penduduk mengungsi dan tinggal di tenda-tenda. Kondisi ini diperburuk oleh air yang terkontaminasi limbah dan tumpukan sampah yang semakin banyak. Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana.

Greenpeace memperingatkan bahwa kombinasi antara serangan militer, blokade total, dan penghentian bantuan kemanusiaan telah menciptakan krisis kelaparan yang luas. Mereka menyoroti bahwa saat dunia memperdebatkan angka korban dari peluru dan bom, ribuan nyawa juga melayang karena kekurangan roti dan obat-obatan.

“Kelaparan massal bukan kecelakaan. Ini adalah alat perang. Dan jika dunia membiarkannya, maka diamnya adalah bentuk keterlibatan,” kata Greenpeace.

Organisasi ini juga menekankan bahwa selain kehancuran pada manusia, konflik ini menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem Gaza – dari pencemaran air bersih, kehancuran lahan pertanian, hingga hancurnya infrastruktur sanitasi. Dampak ekologis ini akan membebani generasi Palestina selama bertahun-tahun, bahkan setelah senjata berhenti menyalak.

Seruan Greenpeace: Gencatan Senjata dan Tindakan Global Nyata

Greenpeace menyerukan serangkaian langkah nyata dari komunitas internasional untuk mengatasi krisis ini:

  1. Gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen.

  2. Pembebasan semua sandera oleh Hamas dan semua tahanan Palestina yang ditahan secara ilegal oleh Israel.

  3. Pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan oleh PBB dan LSM internasional.

  4. Embargo senjata yang komprehensif terhadap semua pihak yang terlibat dalam kejahatan perang.

  5. Akhiri pendudukan ilegal atas tanah Palestina sesuai hukum internasional.

Greenpeace menegaskan bahwa mereka tidak memihak kekerasan, namun berpihak pada keadilan, hak asasi manusia, dan perdamaian yang berkelanjutan—termasuk bagi lingkungan yang kini jadi korban bisu dari perang.

Bukan Sekadar Politik, Ini Soal Kemanusiaan dan Masa Depan

Seorang anak Palestina, memegang pot kosong, menunggu di dekat reruntuhan untuk menerima makanan yang didistribusikan oleh relawan untuk keluarga Palestina, yang mengungsi ke Gaza Selatan karena serangan Israel, di Rafah, Gaza pada 22 Desember 2023. Foto : Anadolu Agency.

“Yang terjadi di Gaza bukan hanya konflik bersenjata. Ini adalah penghancuran hidup dan masa depan, baik manusia maupun alam. Jika komunitas internasional terus membisu, maka mereka menjadi bagian dari tragedi ini,” tutup Greenpeace.

Greenpeace mendukung visi perdamaian di mana Israel dan Palestina hidup berdampingan, dalam batas wilayah yang diakui secara hukum internasional, dan dengan penghormatan terhadap lingkungan serta kehidupan manusia (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *