JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM — Belantara Foundation kembali menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran lingkungan, bertepatan dengan momentum Hari Keanekaragaman Hayati sedunia 2022. Topik pelatihan yang diberi nama Belantara Learning Series membahas nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi untuk perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan, peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Mei bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati.
Pada tahun ini, tema global yang diusung yaitu “Building a shared future for all life” atau “Membangun masa depan bersama untuk semua kehidupan”.
“Melalui tema ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa keanekaragaman hayati merupakan jawaban atas tantangan pembangunan berkelanjutan dan fondasi kehidupan yang dapat kita bangun kembali dengan lebih baik,” jelasnya.
Sementara itu, laporan komprehensif bertajuk Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services 2019 oleh IPBES (The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services) memaparkan status keanekaragaman hayati Bumi kini kian mengkhawatirkan.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa saat ini, Bumi telah kehilangan lebih dari 80 persen biomassa satwa menyusui (terdiri dari satwa mamalia dan primata) disebabkan oleh kerusakan ekosistem alami yang mengalami kerusakan 100x lebih cepat dari yang terjadi selama 10 juta tahun terakhir.
“Tanpa kita sadari, penurunan biomassa yang sangat signifikan ini tentunya menimbulkan dampak dan kerugian yang sangat besar untuk seluruh makhluk hidup di Bumi,” ungkap Dolly.
Keanekaragaman hayati merupakan hal vital untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya saat ini dan di masa yang akan datang. Keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat ekonomi, dukungan fungsi ekologi, rekreasi, kultural, saintifik, dan lain sebagainya.
Keanekaragaman hayati juga memiliki nilai intrinsik yang berhak untuk tetap hidup, walau tidak memberikan manfaat langsung bagi manusia. “Kehilangan atau penurunan kondisi keanekaragaman hayati dapat membahayakan nilai dan fungsi tersebut, serta mempengaruhi kesejahteraan manusia,” ujarnya.
Oleh sebab itu, melalui program Belantara Learning Series Episode 3 (BLS Eps.3), Dolly berharap agar seluruh peserta yang terlibat (mahasiswa, peneliti, praktisi, swasta, jurnalis dan berbagai pemangku kepentingan lainnya) dapat memperoleh pemahaman mengenai pentingnya nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi untuk perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.
“Momentum Hari Keanekaragaman Hayati sedunia tahun ini, kami manfaatkan untuk sharing knowledge kepada seluruh stakeholders dan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem termasuk pelestarian keanekaragaman hayati, serta hubungannya dengan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan”, terang Dolly.
Dia juga menegaskan bahwa upaya untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati bukan hanya tugas pemerintah semata, namun butuh dukungan aktif semua pihak, termasuk sektor swasta dan masyarakat, serta dilakukan dengan pendekatan bentang alam.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Pusat Studi Etika Lingkungan Universitas Nasional Endang Sukara. Menurutnya, keanekaragaman hayati Indonesia sangat unik. Bahkan sebagian besar endemik atau tidak dijumpai dimanapun kecuali di Indonesia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengungkapkan potensi ekonomi keanekaragaman hayati terutama untuk bisnis farmasi multi miliar dolar. “Oleh karena itu, kita harus betul-betul menyadari pentingnya keanekaragaman hayati tidak hanya melindunginya tetapi yang lebih penting memanfaatkannya dan keuntungan bagi sebesar-besarnya bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” papar Endang
Oleh sebab itu, Anggota AIPI itu mengingatkan bahwa kebijakan politik, investasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bioetika harus dijadikan instrumen utuh untuk mengarusutamakan keanekaragaman hayati dalam pembangunan nasional.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Daemeter Consulting Aisyah Sileuw menyebutkan bahwa pendekatan Nilai Konservasi Tinggi dan Stok Karbon Tinggi membantu untuk menyeimbangkan antara kegiatan pembangunan dan konservasi.
Menurutnya, keseimbangan itu meliputi keanekaragaman hayati, jasa lingkungan dan juga kebutuhan sosial budaya masyarakat lokal.
“Jika dilakukan secara konsisten, seharusnya tidak ada lagi dikotomi antara pilihan pembangunan dan konservasi karena masing-masing tujuan akan terpenuhi” pungkasnya. (Jekson Simanjuntak)