Selain pertemuan dengan CWF, delegasi Indonesia juga bertemu dengan diaspora Indonesia yang bekerja di perusahaan teknologi terkemuka seperti Google, Meta, dan Cloudera di Wisma Indonesia San Francisco. Foto : Ismail Fahmi.
SAN FRANCISCO, BERITALINGKUNGAN.COM – Delegasi Kementerian Luar Negeri Indonesia baru-baru ini mengadakan dialog strategis dengan Climate Works Foundation (CWF) untuk mempererat kerjasama di bidang energi, pangan, dan transportasi.
Pertemuan yang berlangsung di Wisma Indonesia San Francisco ini bertujuan untuk mengembangkan inisiatif hijau dan memperkuat strategi kemitraan Indonesia-Amerika Serikat.
Hal tersebut diketahui Beritalingkungan.com dari postingan Ismail Fahmi, Founder Media Kernels Indonesia di jejaring social Facebook yang juga turut dalam pertemuan tersebut (13/06/2024).
Pada pertemuan tersebut menurut Ismail Fahmi yang juga pendiri droneemprit.id, perwakilan dari CWF dan delegasi Indonesia membahas berbagai inisiatif dan strategi yang diharapkan dapat mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi hijau.
“Salah satu topik utama yang dibahas adalah dukungan dan pengalaman yang dapat diberikan oleh CWF, mengingat organisasi ini sebelumnya telah mendukung inisiatif seperti Muhammadiyah Climate Center (MCC),”ungkapnya.
Mr. Umar Hadi, yang mewakili delegasi Indonesia, menekankan pentingnya strategi kemitraan yang solid antara Indonesia dan AS, terutama dalam konteks Indonesia yang beraspirasi untuk bergabung dengan OECD dalam lima tahun ke depan. Diskusi juga menyoroti pentingnya dialog lebih lanjut tentang teknologi digital, dengan fokus khusus pada keamanan pangan, energi, dan teknologi.
CWF menyatakan kesiapannya untuk mendukung dengan pengalaman dan pendanaan, terutama di sektor-sektor seperti semen hijau, beton hijau, pendinginan bersih, mineral transisi, dan transportasi. ViriyaENB, yang diinkubasi oleh CWF, telah menunjukkan kebijakan dan gerakan nyata di tingkat akar rumput dalam waktu dua tahun. Kesempatan berikutnya termasuk memanfaatkan jaringan dan pengalaman CWF untuk mendukung transisi hijau di Indonesia.
Topik khusus yang dibahas mencakup industri hijau, sertifikasi, dan energi. Solusi energi bersih seperti Electric Broilers dan panel surya menjadi perhatian utama, dengan MCC berpotensi memberikan sertifikasi hijau berkat jaringan rumah sakit dan universitas yang luas. Tantangan utama diidentifikasi sebagai energi dan biaya, namun berbagai strategi seperti elektrifikasi, semen LC3, dan pendinginan bersih diusulkan untuk mengatasi hambatan ini.
Diskusi juga mencakup penggunaan teknologi, data, dan AI untuk mendukung inisiatif hijau. Meskipun teknologi Carbon Capture Storage (CCS) masih diperdebatkan, semen LC3 dianggap lebih efisien dan mampu menangkap 80% karbon. Penggunaan data dan AI untuk pengendalian serta proyek Google untuk mengukur reflektivitas atap menjadi contoh konkret dalam memanfaatkan teknologi untuk solusi hijau.
Pertemuan Phak Google, Meta dan Cloudera
Selain pertemuan dengan CWF, delegasi Indonesia juga bertemu dengan diaspora Indonesia yang bekerja di perusahaan teknologi terkemuka seperti Google, Meta, dan Cloudera di Wisma Indonesia San Francisco. Pertemuan ini bertujuan untuk menjajaki kolaborasi lebih lanjut dan memanfaatkan keahlian diaspora dalam mendukung inisiatif hijau di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut, delegasi Indonesia dan CWF sepakat untuk menetapkan jadwal pertemuan lanjutan guna mendetailkan solusi dan program pelatihan. Identifikasi area spesifik untuk pilot project dan peningkatan kapasitas juga akan dilakukan, dengan pembentukan tim kerja antara Kementerian Luar Negeri dan Muhammadiyah Climate Center untuk menindaklanjuti poin-poin kerjasama yang telah disepakati.
“Kerjasama ini diharapkan dapat menjadi langkah signifikan dalam mempercepat transisi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,”kata Ismail Fahmi (Marwan Aziz)