Oleh : Andy Hendraswanto*
Dugong kini menjadi sorotan berbagai pihak mulai dari pemerintah hingga NGO akhir-akhir ini, utamanya pasca digelarnya perhelatan symposium nasional mengenai Dugong dan habitat Lamun pada April 2016 lalu di IPB, Bogor. Mengapa mamalia laut yang dilindungi oleh undang-undang ini menjadi sangat urgent untuk kupas dan dibahas?
Mamalia laut yang memiliki nama ilmiah Dugong dugon ini lebih familiar disebut duyung. Fauna yang satu ini memang terkesan lemah gemulai di dalam perairan laut dangkal. Betapa tidak, dengan kecepatan berenang hanya dikisaran 8 km/ jam, fauna yang masuk ordo Sirenia ini mudah menjadi sasaran predator di laut seperti hiu. Namun berkat ketajaman indera pendengarannya Dugong mampu menghindari objek yang mencurigakan hingga radius 1 km.
Penyelamatan mamalia laut ini menjadi penting karena di satu sisi, reproduksi atau siklus kawinnya sangat lambat. Populasinya hanya bertambah di kisaran 5 % per tahun saja. Data populasinya juga tidak akurat karena belum ada riset yang sistematis yang mampu menentukan kepastian jumlah populasinya yang banyak tersebar di kawasan timur Indonesia. Pun, budget untuk melakukan riset dan konservasi sangatlah minim.
Padang lamun merupakan habitat asli bagi Dugong. Di tempat itulah kesatuan ekosistem Nampak jelas. Lamun merupakan makanan utamanya, hampir 90 % isi perutnya merupakan mamahan lamun.
Pola makan Dugong yang khas membuat substrat nutrient di sekitar lamun semakin subur dan ini penting sekali bagi pertumbuhan maupun perkembangbiakan ikan disekelilingnya. Jika lamun tumbuh subur maka populasi ikan juga bertambah banyak dan tentu saja kondisi itu sangat menguntungkan bagi nelayan. Namun, areal padang lamun ini juga masih belum terdata secara akurat baru sekitar 25.752 ha di 29 titik yang baru teridentifikasi. Upaya penyelamatannya menjadi penting karena ada lamun pasti ada Dugong.
Upaya penyelamatan Dugong dan Lamun dari segi pendanaan juga masih belum optimal. Karenanya, tidak cukup melibatkan kalangan ilmuwan dan NGO saja namun pihak pengusaha juga perlu dilibatkan karena mamalia inipun memiliki potensi pariwisata yang besar nilainya.
Mendorong kalangan perusahaan besar khususnya yang masuk dalam indeks SRI Kehati untuk turut berpartisipasi dalam upaya konservasi patut untut dipertimbangkan. Mengingat perusahaan yang terlisting di BEJ tersebut dinilai sudah cukup baik dalam kepedulian pada lingkungan hidup.
Upaya ini juga harus melibatkan berbagai organ lokal nelayan sebagai ujung tombak dilapangan dalam melakukan sosialisasi konservasi. Karena pada ujungnya, nelayan pulalah yang akan menikmati kesuksesan konservasi Dugong dan padang Lamun nantinya.