Indonesia Alami Fenomena Equinox Dua Kali dalam Setahun, Ini Penjelasan BMKG
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa Indonesia akan merasakan pengaruh fenomena astronomi Equinox sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
Equinox merupakan momen ketika sinar matahari bersinar secara optimal di wilayah khatulistiwa, yang menyebabkan kondisi cuaca terasa lebih terik.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena ini biasa terjadi dan merupakan bagian dari siklus tahunan. “Equinox hanya berlangsung dua kali dalam setahun dan tidak menyebabkan peningkatan suhu ekstrem atau perubahan musim permanen di Indonesia,” ujar Guswanto pada tanggal 27 September 2024 seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara.
Equinox terjadi ketika titik semu matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, yang membuat wilayah di sekitar khatulistiwa, termasuk Indonesia, merasakan variasi suhu yang lebih intens. Meskipun cuaca terasa lebih panas, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak akan menyebabkan perubahan suhu ekstrem.
Dari hasil pengamatan BMKG sebelum dan sesudah periode Equinox, variasi suhu harian di sejumlah wilayah Indonesia tetap berada dalam kisaran normal. Di beberapa wilayah, seperti Semarang, suhu maksimum siang hari tercatat antara 36,2-36,6 derajat Celsius pada Agustus hingga September. Sementara di Ruteng, Nusa Tenggara Timur, suhu minimum malam hari mencapai sekitar 12,9 derajat Celsius, dan di Jaya Wijaya, Papua, sekitar 15 derajat Celsius.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan bijak dalam merespon informasi terkait iklim dan cuaca. Meskipun Equinox tidak membawa risiko yang signifikan, kesiapsiagaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi potensi perubahan cuaca yang dinamis.
Fenomena Equinox ini menjadi pengingat bahwa meski tampaknya ekstrem, perubahan suhu seperti ini adalah bagian dari proses alami yang terjadi secara berkala dan bukanlah tanda bahaya (Ant/BL)