Ikan Tempalak Mirah, Permata Merah Bangka yang Terancam Lenyap

Berita Lingkungan Satwa Terkini

Ikan Tempala Mirah, spesies endemik di Bangka Selatan. Foto Tiktok Travonim)

BANGKA SELATAN, BERITALINGKUNGAN.COM- Di tengah rawa gambut dan sungai kecil di Desa Bikang, tersembunyi sebuah harta karun ekologis yang tak ternilai: Ikan Tempalak Mirah, si mungil nan memesona dengan warna merah marun yang menyala.

Ikan ini bukan sekadar spesies biasa. Ia adalah ikan endemik, artinya hanya bisa ditemukan di satu tempat di dunia — selatan Pulau Bangka.

Namun kini, permata merah dari Bangka itu sedang berada di ambang kepunahan.

Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung, The Tanggokers, bersama Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, tengah mengupayakan pembangunan Kawasan Konservasi Tempalak Mirah seluas satu hektare di Desa Bikang — kampung halaman asli sang ikan. Kawasan ini menjadi harapan terakhir bagi kelangsungan hidup Tempalak Mirah.

“Alhamdulillah, dukungan pemerintah sangat kuat. Ini langkah besar untuk menjaga identitas ekologis kita,” kata Swarlanda, pembina The Tanggokers, di Pangkalpinang seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara (15/5).

Kerusakan habitat akibat perkebunan sawit dan penambangan timah telah mempersempit ruang hidup Tempalak Mirah. Rawa-rawa yang dahulu tenang kini mulai berubah wajah, membawa ancaman bagi spesies kecil yang menyimpan makna besar.

Sebagai bentuk pengakuan dan perlindungan hukum, tahun lalu Tempalak Mirah didaftarkan sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Bangka Selatan. Langkah ini bukan hanya legalitas, tapi juga simbol bahwa ikan ini adalah bagian dari warisan budaya dan kearifan lokal yang tak tergantikan.

“Keberadaan ikan ini bukan hanya soal biologi, tapi juga cerita tentang hubungan manusia dengan alam. Ia mewakili keseimbangan dan kearifan yang harus dijaga,” ujar Swarlanda.

Menyelamatkan Tempalak Mirah berarti menyelamatkan jati diri ekologis Bangka Selatan, sekaligus menjadi pengingat bahwa keberagaman hayati Indonesia tak hanya terletak di hutan-hutan lebat atau laut dalam, tapi juga di perairan sunyi yang hampir terlupakan (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *