Greenpeace menjadi salah satu pihak yang melakukan protes keras dalam hal ini. Cara yang dilakukan Greenpeace adalah dengan mengkampanyekan “Facebook: Unfriend Coal”.
Kampanye “Facebook: Unfriend Coal” ini memang telah diaplikasikan dalam berbagai bentuk. Misalnya yang terbaru adalah diluncurkannya video kampenye mengenai “Facebook: Unfriend Coal” pada minggu lalu.
Sebelumnya, tepatnya pada awal September 2010, pihak Greenpeace melalui Kumi Naidoo sebagai Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional juga telah mengirimkan surat terbuka kepada Mark Zuckerberg selaku pimpinan Facebook, terkait masalah tersebut.
“Facebook: Unfriend Coal merupakan bagian dari kampanye global Greenpeace untuk mengajak perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri IT (Cool IT) untuk mengurangi emisi karbon penyebab perubahan iklim. Industri IT harus sadar dengan jejak karbon mereka yang teramat besar,” papar Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara – Indonesia, Arif Fiyanto seperti dilansir situs siej.or.id.
Tujuan kampanye Greenpeace cukup jelas, yaitu mengajak pihak Facebook untuk berdiskusi dan memecahkan permasalahan yang terkait dengan rencana penggunaan energi kotor batubara sebagai sumber energi utama pusat data baru itu. Namun sayangnya, hingga kini pihak Facebook masih belum menanggapi niat baik Greenpeace itu. Meski begitu, Greenpeace sendiri masih tetap menunggu komitmen dari Facebook untuk membatalkan rencana mereka membangun pusat data dengan menggunakan energi kotor itu.
“Facebook sebagai salah satu pemain besar di industri IT global seharusnya memberi contoh dalam hal upaya mengurangi emisi karbon penyebab perubahan iklim. Facebook seharusnya mempergunakan sumber-sumber energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan untuk sumber energi pusat datanya,” tambah Arif.
Arif melanjutkan, pemain besar lain di industri IT dunia sudah memberikan contoh. Seperti Yahoo yang membangun pusat datanya di Buffalo, New York, Amerika Serikat, dengan menggunakan sepenuhnya energi terbarukan, yaitu energi air. Ada banyak sumber energi terbarukan lain yang bisa dimanfaatkan oleh Facebook sebagai sumber energinya, seperti energi surya dan energi angin.
Pihak Facebook sendiri berkilah bahwa rencana pembangunan pusat data baru itu justru sebenarnya akan memudahkan Facebook untuk menghemat energi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Kebijakan Komunikasi Facebook, Barry Schnitt, Senin (6/9) yang lalu. Seperti yang dilansir Cnet, Schnitt berujar bahwa Oregon sengaja dipilih karena iklim yang dingin di sana, bahkan selama musim panas sekalipun. Kondisi dingin itulah yang nantinya tidak akan membuat server cepat panas, sehingga penggunaan listrik bisa diminimalisir.
Pusat data tersebut memang digadang-gadang akan menjadi pusat data tersentralisasi terbesar di dunia dan akan dilengkapi dengan komputer yang mengkonsumsi energi paling efisien. Namun, dengan jumlah penggunanya yang telah mencapai 500 juta, serta aktivitas mereka yang begitu intens untuk menyimpan foto, streaming video, dan informasi-informasi lainnya, diperkirakan pusat data ini akan membutuhkan daya listrik yang lebih besar.
Rencananya, Facebook akan memperoleh pasokan listrik dari Pacific Power, di mana 67 persen prosesnya akan menggunakan batubara, dan hanya kurang dari 12 persennya saja yang akan menggunakan pembangkit listrik dari bahan yang bisa diperbaharui (renewable resources). (Prihandoko)
Video kampanye “Facebook: Unfriend Coal” dapat dilihat di sini
Surat terbuka Greenpeace kepada Facebook dapat dilihat di sini