Foto ini menunjukkan gletser Zongo di dekat puncak Huayna Potosí, sebuah gunung dekat La Paz, Bolivia. Gletser tersebut adalah salah satu dari beberapa gletser di Pegunungan Andes tropis yang kini berukuran lebih kecil dibandingkan titik mana pun sejak akhir zaman es terakhir 11.700 tahun lalu, menurut penelitian baru dari peneliti UW–Madison dan kolaboratornya. Foto : Ethan C. Parrish, PhD / Whispering River Media.
ANDES, BERITALINGKUNGAN.COM—Glacier tropis di Pegunungan Andes mengalami penyusutan yang signifikan, menunjukkan dampak perubahan iklim global yang semakin mendalam.
Penelitian terbaru dari Universitas Wisconsin-Madison mengungkapkan bahwa es tropis Andes kemungkinan telah menyusut ke ukuran terkecil sejak akhir zaman es sekitar 11.700 tahun yang lalu.
Penyusutan ini menjadikan Andes tropis sebagai wilayah pertama di dunia yang menunjukkan dampak perubahan iklim secara ekstrem pada gletsernya. Temuan ini bisa menjadi pertanda awal tentang bagaimana gletser di seluruh dunia mungkin terpengaruh oleh perubahan iklim yang terus berlangsung.
Shaun Marcott, profesor geosains di UW-Madison dan salah satu penulis utama studi, menyatakan, gletser tropis ini seperti ‘canary in the coal mine.’ Tropis adalah tempat pertama yang mungkin esnya menghilang. “Dan itulah yang kita saksikan sekarang.”ujar Shaun seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman wisc.edu (05/08/2024)
Penelitian ini, yang dipimpin oleh Andrew Gorin dari Universitas California, Berkeley dan dipublikasikan dalam jurnal Science edisi 2 Agustus 2024, menunjukkan bahwa gletser Andes telah menyusut lebih cepat dari yang dapat dipulihkan oleh salju baru.
Selama ini, satelit dan observasi langsung telah menunjukkan bahwa gletser di Andes tinggi terus menyusut karena suhu yang lebih hangat menyebabkan pencairan lebih cepat daripada akumulasi salju.
Untuk menilai apakah penyusutan ini lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya sejak akhir zaman es, tim peneliti menganalisis geokimia dari bebatuan di dekat tepi empat gletser di Andes tropis. Mereka mencari jejak dua isotop unik—berilium-10 dan karbon-14—yang hanya terdapat pada bebatuan yang terpapar di permukaan.
Temuan menunjukkan konsentrasi isotop yang sangat rendah, menandakan bahwa es telah mengekspos bebatuan di sebagian besar lokasi sampel hanya dalam beberapa dekade terakhir. Konsistensi hasil ini menunjukkan bahwa pencairan es, bukan erosi, telah mengungkapkan bebatuan tersebut.
“Sulit untuk mengatakan ini hasil dari erosi karena lokasi-lokasi yang kami teliti menunjukkan hal yang sama,” kata Marcott. “Ini mengindikasikan bahwa gletser tropis dunia, yang lebih dari 99% berada di Andes, adalah yang pertama menyusut melampaui ukuran yang pernah terlihat dalam sejarah geologi baru-baru ini.”tuturnya.
Marcott menekankan gletser sangat sensitif terhadap sistem iklim tempat mereka berada. “Mereka benar-benar tempat di mana Anda dapat melihat beberapa perubahan besar pertama akibat iklim yang menghangat. Anda bisa melihat gletser ini dan membayangkan apa yang mungkin kita lihat di masa depan di tempat lain, seperti di Amerika Serikat Barat, yang mungkin akan tanpa es.”paparnya.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perhatian global terhadap dampak perubahan iklim terhadap gletser, yang tidak hanya merupakan indikator awal perubahan besar tetapi juga mengingatkan kita tentang potensi dampak yang lebih luas pada es global di masa depan (Marwan Aziz)