JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM — Health Care Without Harm, bekerja sama dengan Arup meluncurkan laporan The Global Road Map for Health Care Decarbonization, sebuah navigasi untuk mencapai nol emisi dengan ketahanan iklim dan keadilan akses kesehatan di Skoll World Forum. Peta jalan yang diluncurkan pada 14 April 2021 adalah yang pertama untuk memetakan jalur perawatan kesehatan global menuju nol emisi pada tahun 2050.
Laporan tersebut memodelkan bagaimana tujuh tindakan berdampak tinggi dapat mengurangi emisi sektor kesehatan yang secara global mencapai 44 gigaton atau setara dengan emisi lebih dari 2,7 miliar barel minyak bumi per tahun selama 36 tahun.
Direktur Program Internasional Health Care Without Harm Josh Karliner mengatakan bahwa tanpa komitmen iklim dan aksi nyata yang lebih kuat di dalam dan di luar sektor kesehatan, emisi global sektor kesehatan akan meningkat tiga kali lipat dari baseline tahun 2014, menjadi lebih dari tiga gigaton per tahun pada tahun 2050.
“Ini artinya sama dengan emisi tahunan dari 770 pembangkit listrik tenaga batu bara,” katanya
Komitmen Perjanjian Paris dari berbagai negara telah menjanjikan pemangkasan pertumbuhan emisi sektor kesehatan sebesar 70%. Namun peta jalan menunjukkan bagaimana aksi nyata dalam sektor kesehatan dapat menutup kekurangan realisasi selama ini dan bahkan mengurangi emisi melebihi yang terdapat di komitmen Perjanjian Paris.
“Peta jalan ini membuat model jalan yang berbeda untuk dekarbonisasi perawatan kesehatan berbagai negara. Negara-negara dengan jejak karbon dan Gas Rumah Kaca sektor kesehatan yang besar didesak mengurangi emisi sesegera mungkin,” ujar Karliner
Sementara negara-negara yang kontribusi emisinya lebih rendah, berpenghasilan rendah atau menengah dan masih mengembangkan infrastruktur kesehatan mereka – tentunya idealnya dengan solusi cerdas iklim – dapat mengikuti lintasan yang tidak terlalu curam menuju nol emisi.
Sebelumnya, laporan Health Care Without Harm dan Arup tentang Health Care’s Climate Footprint di tahun 2019 menemukan jejak karbon perawatan kesehatan di seluruh dunia sebesar 4,4% dari emisi global.
Jika sektor kesehatan adalah sebuah negara, ia menempati urutan kelima di antara penghasil emisi nasional terbesar. 84% emisi dari sektor kesehatan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di seluruh operasi fasilitas, rantai pasokan, dan ekonomi yang lebih luas.
Penggunaan itu. menurut Karliner mencakup batu bara, minyak, dan gas yang digunakan di rumah sakit, perjalanan terkait perawatan kesehatan, serta pembuatan dan pengangkutan produk kesehatan.
“Kami mengalami keadaan darurat iklim dan kesehatan secara bersamaan, termasuk peningkatan penyakit pernapasan akibat polusi bahan bakar fosil dan yang disebabkan oleh dampak iklim yang mengerikan,” terang Karliner.
Perawatan kesehatan menanggung beban dari kedua krisis ini, sehingga penting bagi para pemimpin kesehatan untuk memberi teladan dan bertindak cepat untuk mencapai nol emisi pada tahun 2050. “Laporan ini menggambarkan berbagai jalan untuk mewujudkan hal itu,” ujarnya.
Direktur Kebijakan Iklim Internasional Health Care Without Harm Sonia Roschnik menyebut laporan tersebut memberikan secara rinci data emisi perawatan kesehatan nasional untuk 68 negara serta rekomendasi untuk pemerintah, badan internasional, sektor swasta, maupun masyarakat sipil untuk mencapai tujuan dekarbonisasi dan menciptakan hasil kesehatan yang lebih baik dan lebih adil.
Rekomendasi bagi pemerintah, memasukkan sektor kesehatan ke dalam komitmen kontribusi yang ditentukan secara nasional dalam dokumen strategi penurunan emisi NDC dan mengembangkan kebijakan iklim lintas sektoral yang kuat untuk melindungi kesehatan masyarakat dari perubahan iklim sembari mendukung dekarbonisasi dan ketahanan perawatan kesehatan.
“Sistem kesehatan semua negara perlu mencapai nol emisi pada tahun 2050 dengan menavigasi transisi sekarang untuk menghindari terkunci pada lintasan pembangunan intensif karbon,” terang Roschnik yang juga tim penulis The Global Road Map for Health Care Decarbonization.
Transisi ini, menurut Roschnik membutuhkan dukungan dari negara maju untuk memperkuat kapasitas sistem kesehatan di negara berkembang agar mampu meningkatkan akses mereka ke teknologi yang diperlukan.
Utusan Khusus WHO David Nabarro mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa tantangan teknis dan operasional dalam sektor kesehatan dapat diselesaikan dengan kecepatan tinggi ketika mereka fokus dan memiliki sumber daya yang memadai.
“Juga menerima dukungan politik yang konsisten,” ujar Nabarro yang juga Ketua Kesehatan Global dan Direktur Bersama IGHI Imperial College London.
Nabarro melanjutkan, “Pemulihan COVID-19 memberi kesempatan untuk membangun kembali lebih baik dengan berinvestasi dalam solusi cerdas iklim bersamaan dengan pembangunan infrastruktur, sistem, dan ketahanan masyarakat sebagai strategi kesiapsiagaan dan pencegahan bencana”.
Senada dengan itu, Direktur Departemen Lingkungan, Iklim dan Kesehatan WHO Maria Neira mengigatkan bahwa para pemimpin kesehatan, termasuk dokter dan perawat merupakan suara paling terpercaya di seluruh dunia.
“Saat kita melampaui COVID-19, para pahlawan kesehatan ini dapat memimpin sektor mereka dalam melindungi kesehatan masyarakat dari krisis iklim dengan memetakan jalan menuju pemulihan yang dipandu oleh solusi iklim transformatif,” kata Neira.
Sementara itu, pendiri Health Care Without Harm Gary Cohen mengingatkan, “dalam perlombaan menuju nol emisi, aksi iklim harus berjalan seiring dengan mengakhiri disparitas dalam pembangunan kesehatan dan akses antar dan di dalam negara untuk mencapai kesetaraan kesehatan yang lebih besar, termasuk Universal Health Coverage (UHC)”. (Jekson Simanjuntak)