JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Dua organisasi dari Indonesia yang fokus terhadap solusi pengelolaan sampah dan perbaikan rantai pasok daur ulang plastik, yakni Bank Sampah Bersinar dan Kibumi terpilih untuk mengikuti program akselerator bertajuk Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge.
Bank Sampah Bersinar adalah perusahaan sosial yang memberikan solusi pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sementara Kibumi adalah perusahaan rintisan yang memperkuat rantai pasok daur ulang plastik melalui digitalisasi dan modernisasi tempat pengumpulan sampah.
Program yang digagas oleh The Incubation Network itu hadir untuk mendorong solusi inovatif yang fokus pada kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik. Bekerja sama dengan sejumlah pihak, seperti; Global Plastic Action Partnership, UpLink dari World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste, mereka telah memilih lima inovator terbaik. Diharapkan mereka yang terpilih bisa meningkatkan kapasitasnya selama lima bulan ke depan.
Direktur The Incubation Network Simon Baldwin menjelaskan bahwa sepanjang periode pendaftaran, program tersebut telah menerima lebih dari 100 pendaftar melalui platform UpLink.
Dari seluruh pendaftar, sebanyak 48 kandidat disaring kembali oleh periset akademis, praktisi keberlanjutan, inovator, serta ahli iklim dan ekonomi sirkuler. Lima inovator terpilih akan menerima kesempatan untuk mengembangkan kemitraan, mendapatkan mentorship, meningkatkan profil, memperluas akses ke jaringan, dan mendapatkan hibah untuk mengembangkan solusi mereka.
“Di The Incubation Network, kami berkomitmen untuk mendukung usaha lokal yang membuat solusi-solusi untuk mencegah kebocoran sampah plastik,” ujarnya.
Komitmen The Incubation Network tidak hanya melalui program Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge namun juga melalui program Informal Plastic Collection Innovation Challenge yang digelar tahun lalu.
“Melalui program tersebut kami mampu mendukung berbagai inovator yang memiliki misi meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik melalui peningkatan taraf hidup, transparansi, kapasitas, dan peran dari sektor informal,” ujar Simon.
Lebih lanjut, Simon mengatakan “Kami sangat senang bahwa pada tahun ini, kami berhasil meningkatkan apa yang sudah kami lakukan sebelumnya. Kami juga sangat senang dapat mendukung berbagai inovator yang terpilih pada Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge karena mereka akan berperan penting dalam menyusun fondasi sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di Indonesia dan Asia Tenggara.”
Senada dengan itu, Knowledge Specialist, Global Plastic Action Partnership Poonam Watine mengatakan bahwa salah satu alasan diadakannya program ini karena solusi-solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan global polusi plastik semakin dibutuhkan.
Berbagai data memperkirakan bahwa sekitar dua juta ton sampah plastik atau 17% mencemari laut pada 2017-2019. Sampah-sampah itu berasal dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Tidak hanya mencemari laut, sampah plastik yang dibakar atau dibuang sembarangan juga memberikan ancaman terhadap lingkungan dan biodiversitas.
“Solusi inovatif berperan penting dalam tata kelola sampah di Asia Tenggara. Untuk itu, kami bangga dapat bekerja sama dengan The Incubation Network dan Alliance to End Plastic Waste untuk menyeleksi berbagai inovator yang memiliki solusi berdampak langsung untuk meningkatkan nilai sampah plastik,” terangnya.
Watine menambahkan, “Kami tidak sabar untuk meningkatkan profil dan tentunya dampak mereka di Asia Tenggara.”
Para inovator telah diseleksi berdasarkan atas kontribusi mereka terhadap beberapa area fokus, seperti: meningkatkan jumlah sampah plastik yang dikelola, diproses, dan/atau didaur ulang, mendukung peningkatan operasional dari pengelolaan sampah plastik dan daur ulang dan meningkatkan kondisi kerja organisasi pengelolaan sampah dan daur ulang. (Jekson Simanjuntak)