Deputi Bidang Klimatologi BMKG Pusat Urip Haryoko saat kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik Diseminasi Informasi di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (8/10/2024). Foto : Antara.
BANJARBARU, BERITALINGKUNGAN.COM– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau para jurnalis dan media massa untuk lebih berhati-hati dalam mempublikasikan informasi perubahan iklim yang bersifat sensitif.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko, di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (8/10).
Menurut Urip, pemberitaan mengenai isu-isu seperti musim panas berkepanjangan atau badai besar sebaiknya tidak disebarluaskan sembarangan karena dapat menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan di kalangan masyarakat. Ia mengingatkan, media massa perlu mengkonfirmasi informasi iklim sensitif kepada BMKG untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan.
“Kita harus berhati-hati menyampaikan informasi cuaca dan iklim. Berita yang tidak akurat dapat mempengaruhi berbagai sektor dan merugikan kegiatan masyarakat,” ujar Urip dalam kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik yang bekerja sama dengan Diskominfo Kalsel seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara.
Urip menekankan, media massa sebaiknya juga menyoroti sisi positif dari perubahan iklim. Contohnya, di musim kemarau, produktivitas pertanian padi bisa meningkat, atau pada musim hujan, melimpahnya cadangan air bermanfaat bagi sektor pertanian hortikultura. Media diimbau untuk tidak selalu fokus pada dampak negatif seperti bencana.
Ia menambahkan bahwa kondisi iklim Indonesia masih tergolong nyaman dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan. Peran media sangat penting dalam menyederhanakan bahasa teknis BMKG agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
“Setiap perubahan iklim pasti ada sisi positifnya. Jangan hanya beritakan bencana saja, beritakan juga hal-hal baik agar masyarakat tidak resah,” tegasnya (Ant/BL)