
Burung Gelatik biru jantan dan betina. Foto : Sonia Kleindorfer.
ADELAIDE, BERITALINGKUNGAN.COM– Di antara semak belukar Taman Nasional Cleland atau Cleland Wildlife Park, di jantung Australia Selatan, seekor burung kecil dengan bulu biru cerah menyenandungkan lagu rumitnya. Ia bukan sekadar bernyanyi untuk memecah kesunyian pagi, tapi menyampaikan pesan yang jauh lebih dalam—tentang siapa dirinya sebenarnya.
Burung itu adalah superb fairy-wren (Malurus cyaneus), salah satu burung pengicau paling memesona dari Australia yang di Indonesia dikenal dengan sebutan burung Gelatik.
Dan kini, lewat riset terbaru dari Flinders University, kita tahu bahwa kepribadian seekor burung baik jantan maupun betina bisa tercermin dalam kompleksitas nyanyiannya.
Lebih dari Sekadar Lagu Cinta
Dalam dunia burung, lagu sering kali menjadi alat untuk menarik pasangan dan mempertahankan wilayah. Tapi menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Diane Colombelli-Négrel, lagu juga bisa menjadi cerminan karakter.
Burung yang lebih eksploratif—yakni yang berani menjelajah lingkungan baru—ternyata memiliki lebih banyak ragam elemen dalam nyanyiannya. Mungkin karena mereka belajar dari lebih banyak “guru” selama hidupnya. Sebaliknya, burung yang lebih agresif cenderung bernyanyi lebih pendek, dengan lebih sedikit suku kata. Menariknya, hal ini paling nyata terlihat pada burung muda.
Perempuan Juga Bernyanyi
Penelitian ini menjadi semakin istimewa karena mengungkap hal yang jarang disorot: betina juga belajar dan menyanyikan lagu kompleks. Ini membantah anggapan umum bahwa hanya burung jantan yang menggunakan lagu untuk komunikasi seksual. Di kalangan superb fairy-wren, suara betina sama pentingnya.
“Terlepas dari jenis kelamin atau tahap hidupnya, burung yang lebih eksploratif cenderung memiliki lagu yang lebih rumit,” ujar Dr Colombelli-Négrel, peneliti senior di BirdLab, Flinders University seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman Flinders University (21/04/2025) .
Uji Kepribadian di Alam Liar
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science, para peneliti menangkap burung liar untuk sementara, lalu menguji kepribadian mereka. Ada dua ujian utama: tes lingkungan baru (untuk eksplorasi) dan tes cermin (untuk agresivitas). Setelah itu, mereka dilepaskan kembali, dan lagu-lagunya direkam selama berbulan-bulan.
Hasilnya? Lagu-lagu mereka ternyata unik, seperti sidik jari. Dan di balik setiap alunan melodi, tersembunyi potongan kecil tentang siapa mereka.
Mengapa Ini Penting?
Dalam era di mana keragaman hayati semakin terancam, memahami bagaimana hewan mengekspresikan diri mereka menjadi langkah penting untuk konservasi. Jika kita bisa membaca lagu sebagai bahasa—mengenali stres, keberanian, atau ketertarikan dari nyanyian burung maka kita bisa lebih memahami, dan akhirnya, lebih melindungi mereka.
Burung kecil ini mungkin tak lebih besar dari telapak tangan. Tapi lewat lagunya, ia menyampaikan pesan besar: bahwa setiap individu unik, dan bahwa alam selalu punya cerita yang belum kita pahami sepenuhnya (Marwan Aziz).
Catatan:
Penelitian ini didanai oleh Australian Research Council dan Australia & Pacific Science Foundation. Dikerjakan di Cleland Wildlife Park dengan izin resmi dari pemerintah negara bagian dan nasional Australia. Baca studi lengkapnya di: https://doi.org/10.1098/rsos.241497