Kota Belem, Brazil. Foto : Wikimedia Commons
BALEM, BERITALINGKUNGAN.COM- Belém, ibu kota Pará di Brasil utara, tengah berjuang mengatasi berbagai masalah lingkungan dan kesehatan dasar menjelang menjadi tuan rumah KTT iklim internasional, COP30, pada tahun 2025.
Masalah lingkungan yang dihadapi Balem, mulai dari kurangnya sanitasi yang memadai hingga kejahatan yang merajalela, polusi, dan masalah tunawisma, kesiapan Belém untuk memimpin di panggung internasional dipertanyakan.
Temuan terbaru dari Sensus Demografi 2022 yang dilakukan oleh Institut Geografi dan Statistik Brasil (IBGE) mengungkapkan bahwa sekitar 212.370 orang, atau 16 persen dari populasi di Belém, saat ini hidup tanpa sanitasi yang memadai.
Ivan Costa, presiden Observatorium Sosial Brasil (OSB) di Belém, menekankan bahwa mengatasi masalah sanitasi bukanlah solusi cepat mengingat kompleksitasnya. “Hal ini membutuhkan perencanaan yang matang, investasi signifikan, dan pembentukan mekanisme regulasi dan inspeksi untuk sanitasi, area yang saat ini kurang di Belém,” ujar Costa seperti dikutip Beritalingkungan.com dari theecologist.org.
Belém tercatat sebagai salah satu kota dengan tingkat sanitasi dasar terburuk menurut studi yang dilakukan oleh Institut Trata Brasil. Masalah lain yang dihadapi kota ini termasuk layanan pengumpulan sampah yang tidak memadai dan tantangan yang mengelilingi tempat pembuangan sampah Marituba dan Aurá, yang berfungsi sebagai situs pembuangan limbah dari wilayah metropolitan.
Harapan
Dalam menghadapi COP30, warga Belém berharap acara tersebut akan membawa investasi dan perbaikan untuk mengatasi berbagai masalah sosial, kesehatan, dan lingkungan yang mereka hadapi.
Baru-baru ini, kota Belém menandatangani kontrak senilai sekitar US$ 140 juta dengan Ciclus Amazônia, sebuah perusahaan pengelolaan sampah padat, untuk mengatasi situasi sampah yang menantang di kota ini. Kesepakatan ini mencakup pengumpulan sampah, pengolahan, dan upaya daur ulang.
Sejak pertengahan tahun 2023, menjelang COP30, pemerintah federal telah mengumumkan beberapa inisiatif investasi untuk Belém. Sebagian dana ini, sekitar US$ 1 miliar, akan disediakan oleh Bank Nasional untuk Pembangunan Ekonomi dan Sosial (BNDES).
Namun, masih ada tingkat skeptisisme mengenai proyek yang direncanakan, kemampuan mereka untuk mematuhi tenggat waktu, dan pada akhirnya, penyelesaiannya. Ini termasuk inisiatif seperti restrukturisasi kanal besar yang melintasi kota, dan ekspansi sistem BRT.
Seorang juru bicara yang mewakili kantor kabinet Helder Barbalho, gubernur Pará, menyatakan, “Pemerintah Pará sedang melaksanakan beberapa pekerjaan makro-drainase untuk mencegah banjir dan genangan air, baik di poligon COP maupun di area pinggiran. Diantara pekerjaan yang telah selesai dan yang sedang berlangsung, kami memiliki sekitar 10 lingkungan dan satu juta orang yang mendapat manfaat.”
Acara COP30 di Belém bukan hanya tentang mengatasi masalah lingkungan dan sosial, tetapi juga tentang menetapkan warisan positif bagi wilayah dan dunia, sesuatu yang dapat benar-benar menjadi kebanggaan bersama.