Air gelap yang kaya akan bahan organik dari sungai Olenyok dan lapisan es mencair melalui erosi pantai. Material terrigenous ini mengalir melalui delta, mengirimkan nutrisi dan karbon dengan konsentrasi tinggi ke Samudra Arktik Foto: Bennet Juhls /Quelle: Copernicus.
BERLIN, BERITALINGKUNGAN.COM – Laut Arktik yang mengalami pemanasan dan pencairan permafrost kini menghadapi tantangan besar dalam menyimpan karbon dan menyerap CO2.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Nature Climate Change oleh Alfred Wegener Institute (AWI) mengungkap bahwa perubahan iklim justru melemahkan “biological carbon pump” (pompa karbon biologis) Laut Arktik, meskipun terjadi peningkatan produksi materi organik akibat fotosintesis.
Selama dua dekade terakhir, pencairan es di Laut Arktik telah meningkatkan paparan sinar matahari, sehingga produksi primer bersih melalui fotosintesis melonjak hingga 56%.
Selain itu, pencairan permafrost mempercepat aliran nutrien dan karbon ke laut melalui sungai dan erosi pantai. Namun, alih-alih memperkuat kemampuan laut menyerap karbon, fenomena ini justru melemahkannya.
Pompa Karbon Biologis dan Perannya dalam Menyerap CO2
Pompa karbon biologis memiliki peran vital dalam siklus karbon global dengan mengurangi kadar CO2 di atmosfer hingga 200 ppm (parts per million). Proses ini melibatkan transportasi karbon organik dari permukaan laut ke dasar laut untuk penyimpanan jangka panjang.
Namun, simulasi model biogeokimia yang dilakukan AWI menunjukkan hasil yang mengejutkan. Meskipun tambahan nutrien dan cahaya meningkatkan produksi primer, efisiensi pompa karbon justru menurun.
Penelitian ini memprediksi bahwa pada tahun 2100, efisiensi pompa karbon dapat berkurang hingga 40%. Hal ini disebabkan oleh intensifikasi proses daur ulang karbon yang diperburuk oleh pemanasan laut dan peningkatan material karbon dari daratan.
Dampak Permafrost dan Karbon dari Daratan
Karbon tambahan dari pencairan permafrost meningkatkan pelepasan CO2 di wilayah pesisir, mengurangi kemampuan Laut Arktik untuk bertindak sebagai penyerap karbon hingga 10%. Dampak ini setara dengan setengah emisi karbon yang dihasilkan Spanyol pada tahun 2023.
Meskipun produksi primer bersih terus meningkat, Laut Arktik semakin kehilangan kemampuannya untuk mentransfer materi organik ke lapisan laut yang lebih dalam. Sebaliknya, karbon lebih sering didaur ulang di permukaan laut.
Implikasi bagi Masa Depan Laut Arktik
“Studi kami menantang asumsi bahwa peningkatan produksi primer bersih di Laut Arktik akan otomatis memperkuat pompa karbon biologis,” kata Laurent Oziel, peneliti utama di AWI seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman Awi.de (08/01/2025).
“Kami mengungkap mekanisme umpan balik yang mengubah pandangan kita tentang bagaimana siklus karbon di Laut Arktik berinteraksi dengan iklim, dengan dampak signifikan bagi ekosistem laut dan dasar laut.”jelasnya.
Penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan input karbon dan nutrien dari daratan dalam model iklim global, terutama untuk memahami dampak perubahan iklim di kawasan Arktik (Marwan Aziz).