![]() |
Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia pada suatu acara lingkungan di Jakarta. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay.co.id |
JAKARTA, BL- Strategi advokasi Greenpeace terhadap perusahaan yang diduga terlibat dalam pembakaran lahan dan hutan yang menuai kritik dari mantan Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Emmy Hafild kemarin, akhirnya direspon oleh Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting.
“Kami berterima kasih atas dukungan Emmy sebagai supporter. Kami menerima masukan Emmy dan kami jadikan masukan berharga bagi kegiatan-kegiatan kampanye Greenpeace.” kata Longgena melalui chating room social media kepada Beritalingkungan.com (29/10)
Dijelaskan, setelah bertahun-tahun melakukan corporate campaign (kampanye korporasi), Greenpeace berhasil mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk menuruti tuntutan-tuntutan kampanye Greenpeace, diantara lain: tidak ada lagi penebangan hutan alam (zero deforestation), tidak ada pembukaan lahan gambut (no peat development) dan penyelesaian konflik dengan masyarakat.
Untuk memastikan mereka benar-benar menjalankan komitmen tersebut kata Longgena, Greenpeace memberi kesempatan dan mengawasi implementasi pelaksanaan komitmen tersebut. Jadi tidak ada kerjasama formal atau kontrak kerjasama, yang ada Greenpeace melakukan kegiatan monitoring implentasi kebijakan tersebut. Untuk tetap menjaga independensi, Greenpeace memiliki kebijakan tidak menerima dana dari korporasi dan pemerintah manapun.
Greenpeace mengambil resiko untuk mengawasi perusahaan tersebut, karena tidak ada badan independen yang dapat mengawasi seluruh implementasi kebijakan perusahaan.
Menurut mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini, Greenpeace tidak pernah ragu untuk mengkritik apabila dalam implementasi kebijakan itu tidak benar. “Greenpeace juga tidak menutup mata atas warisan deforestasi perusahaan-perusahaan yang mereka telah lakukan selama beberapa tahun terakhir, termasuk data-data kebakaran hutan yang terjadi di konsesi mereka.”tandasnya. (Marwan Azis)
–>