Ilustrasi New orleans, Louisiana yang terendam setelah dihantam badai katrina. Foto : pixabay.comm
QUEENSLAND, BERITALINGKUNGAN.COM– Perubahan iklim yang semakin intens telah memicu perpindahan penduduk akibat bencana alam di seluruh dunia, tak hanya di negara kepulauan Pasifik, tapi juga termasuk di Australia.
Sebuah proyek multi-disiplin dari Universitas Queensland (UQ) kini tengah berupaya untuk memprediksi jumlah warga Australia yang harus bermigrasi akibat skenario bencana iklim dalam 25 tahun mendatang.
Dr. Aude Bernard dari Sekolah Lingkungan UQ menjelaskan bahwa proyeksi penduduk saat ini hanya memperhitungkan tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi, namun belum mencakup bagaimana orang akan merespons bencana alam yang semakin sering terjadi.
“Setiap tahun sejak 2009, sekitar 23.000 warga Australia yang berusia di atas 15 tahun terpaksa meninggalkan rumah mereka karena kerusakan yang disebabkan oleh banjir, kebakaran hutan, dan siklon,” kata Dr. Bernard seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman Universitas Queensland (07/10/2024).
Ia memperkirakan angka ini akan meningkat seiring dengan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi. Namun, dampak sosial dari perubahan iklim ini belum masuk ke dalam model proyeksi ukuran, komposisi, dan distribusi penduduk Australia.
Dr. Bernard, penerima penghargaan UQ Research and Innovation Week Foundation Research Excellence Award, menambahkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk melakukan prediksi migrasi akibat iklim berbasis data guna membantu pemerintah dan komunitas mempersiapkan diri menghadapi tantangan ini.
Langkah awal proyek ini adalah memprediksi jumlah orang yang akan terdampak dan terpaksa bermigrasi akibat bencana hingga tahun 2050. Proyek ini akan menggabungkan berbagai data dari lebih dari 10 sumber yang berbeda, termasuk analisis respons penduduk Australia terhadap bencana di masa lalu, proyeksi skenario perubahan iklim, dan dinamika populasi.
“Model baru yang kami kembangkan akan bersifat dinamis dan mampu beradaptasi dengan perubahan input seiring dengan perkembangan situasi di lapangan. Karena sifatnya yang kompleks, proyek ini akan melibatkan berbagai ahli di bidang demografi, ekonomi, sains data, serta ilmuwan iklim,” tambah Dr. Bernard.
Bernard menjelaskan tujuan utama dari proyek ini adalah memberikan panduan berharga bagi pemerintah di berbagai tingkatan—baik federal, negara bagian, maupun lokal—serta sektor-sektor seperti asuransi dan real-estate dalam merencanakan respons bencana, layanan, dan infrastruktur.
Rangka kerja baru untuk memprediksi interaksi antara populasi dan iklim ini akan selesai pada pertengahan 2025, saat Brisbane menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Kependudukan. “Proyek ini diharapkan memberikan dampak signifikan dalam membantu Australia menghadapi tantangan migrasi yang dipicu oleh bencana alam,”tandasnya (Marwan Aziz)