Areal hutan yang terbuka karena penebangan. Foto : Zoe G. Davies.
LONDON, BERITALINGKUNGAN.COM – Hutan hujan yang telah ditebang ternyata masih memiliki nilai ekologi, jika tidak terlalu parah terdegradasi.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dari Imperial College London menunjukkan bahwa hutan yang mengalami penebangan tidak harus kehilangan semua nilai ekologinya.
Penelitian ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, menganalisis data dari 127 studi yang mencakup lebih dari 10 tahun di areal hutan di Sabah, Malaysia. Hutan tersebut adalah Proyek Stabilitas Ekosistem Hutan yang Dimodifikasi (SAFE), yang mencakup berbagai jenis lanskap termasuk hutan primer yang belum ditebang, hutan yang ditebang secara selektif, hutan buffer di tepi sungai yang dilindungi, dan hutan yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Batas Kerusakan Hutan dan Peluang Konservasi
Temuan dari studi ini mengungkapkan bahwa hutan yang kehilangan kurang dari 29% biomassa (berat total materi organik) masih mempertahankan keragaman hayati dan nilai ekologis yang relatif tinggi. Hutan seperti ini, jika dibiarkan, cenderung dapat pulih.
Namun, jika lebih dari 68% biomassa hilang, banyak jenis tumbuhan dan hewan akan mengalami kepunahan dan komunitas yang ada akan terganggu oleh spesies invasif. Pada titik ini, hutan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan dirinya sebagai ekosistem yang berfungsi secara lengkap.
Potensi Konservasi yang Lebih Luas
Penelitian ini menunjukkan bahwa potensi “estate konservasi” jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Professor Robert Ewers, peneliti utama dari Imperial College London seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman imperial.ac.uk (19/07/2024), mengatakan, selama ini, ada kecenderungan untuk berpikir bahwa hanya hutan primer yang layak untuk dipertahankan.
Namun, hasil studi ini menunjukkan bahwa hutan yang telah ditebang pada tingkat tertentu masih dapat berfungsi sebagai ekosistem yang sehat.
Dr. Will Pearse, salah satu penulis, menambahkan bahwa meskipun hutan primer adalah ideal, tidak ada pandangan hitam-putih tentang apa yang layak dipertahankan. Beberapa tingkat penebangan mungkin selalu diperlukan, dan pada batas-batas tertentu, hutan yang telah ditebang masih dapat mempertahankan fungsinya sebagai ekosistem.
Impak Penebangan Terhadap Ekosistem
Studi ini juga menyoroti bagaimana penebangan hutan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap ekosistem. Penelitian dilakukan di Proyek SAFE yang menghitung kejadian 590 tanaman, 88 mamalia, 161 burung, 9 reptil, 42 amfibi, 26 ikan, dan 635 invertebrata, termasuk 263 kumbang, 199 ngengat dan kupu-kupu, 130 semut, serta 33 laba-laba. Dampak dari penebangan pada masing-masing spesies diperhitungkan untuk menentukan ambang batas kerusakan.
Membangun Ekosistem Virtual
Tim peneliti saat ini sedang membangun ‘Ekosistem Virtual’ yang dapat melacak kelahiran, pertumbuhan, reproduksi, dan kematian organisme dalam ekosistem yang berubah.
Model virtual ini akan digunakan untuk mengatasi pertanyaan ekologis yang tidak dapat dijawab melalui observasi lapangan, seperti bagaimana mengoptimalkan pemulihan ekologis hutan tropis yang terdegradasi.
Penelitian ini memberikan harapan baru dalam konservasi hutan. Dengan memahami ambang batas kerusakan ekologis, kita dapat lebih baik dalam merencanakan upaya pemulihan dan melindungi keragaman hayati yang masih tersisa (Marwan Aziz)