SOLO, BL- Pilar pembangunan berkelanjutan meski digagas 21 tahun yang lalu (1992), yang dikenal dengan Agenda 21, sebuah kesepakan global yang mengintegrasikan 3 pilar pembungunan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sayangnya dalam tahap impelementasi tak sepenuhnya bisa dilaksanakan.
Bahkan menurut pengakuan Sha Zukang dari UN-DESA, tak ada satu pun Negara di dunia yang mengintergasikan tiga pilar pembangunan berlanjutan. Orentasi pembangunan lebih banyak diarahkan pada pemenuhan kepentingan ekonomi, sekalipun mengorbankan aspek sosial dan keseimbangan lingkungan. Akibatnya, laju perusakan lingkungan berjalan massif, bencana pun bermunculan dimana-mana.
“Pembangunan ekonomi yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam telah menyebabkan krisis yang berdampak pada lingkungan. Masyarakat miskin di negara berkembang yang pembangunannya masih belum merata, sangat merasakan dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kebutuhan sosial masyarakatnya dan mengabaikan dimensi lingkungan,”kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia, Gusti Hatta saat membuka acara High Level Dialogue on The Institutional Framework for Sustainable Development (HLD IFSD) atau Dialog Tingkat Tinggi Kerangka Internasional Pembangunan Berkelanjutan di Hotel Lor In, Solo (19/7).
“Kita memerlukan strategi bersama dalam upaya penanganan pembangunan berkelanjutan yang mendorong keseimbangan di antara negara maju dan negara berkembang, dan tetap mengedepankan prinsip keadilan,”ujarnya.
Pembangunan ekonomi melalui industrialisasi telah membawa kesejahteraan bagi banyak bangsa, namun juga telah berdampak besar pada sistem ekologi dunia. Bila efek ini berlanjut akan mengancam generasi yang akan datang. Sistem ekologi yang sangat diperlukan untuk kenyamanan hidup manusia.
“Saat ini berada dalam situasi krisis besar. Kita merasakan sendiri akibat buruk dari pencemaran udara dan air, dan pemanasan global. Kita juga menyaksikan punahnya satwa langka dan terancamnya keanekaragaman hayati. Limbah industri telah menjadi ancaman serius bagi kelestarian tanah, udara dan air,”paparnya.
“Daftar panjang kerusakan lingkungan hidup di berbagai belahan dunia menunjukkan bukti kuat, bahwa kita harus berbuat sesuatu untuk mencegah berlanjutnya pengrusakan tersebut, dan sekaligus untuk menekankan bahwa kita tidak dapat menunda lagi untuk melakukan aksi kongkrit tersebut. Sekaranglah saatnya. The time is now,”tandasnya.
Menurut Gusti, pembangunan ekonomi harus dilakukan dengan sangat cermat, berorientasi pada tujuan-tujuan sosial dan mengedepankan prinsip kehati-hatian supaya tidak berdampak buruk pada lingkungan hidup manusia. (Marwan Azis).