BANYUWANGI, BERITALINGKUNGAN.COM — Menteri BUMN Erick Thohir mendukung potensi pengembangan pengolahan sampah menjadi energi terbarukan di Banyuwangi. Dukungan itu ditunjukan dengan penyerahan motor roda tiga (triseda) dan uang tunai sejumlah Rp2 miliar bersamaan dengan peresmian Doesoen Kakao dengan PTPN XII yang akan menjalankan industri cokelat.
Konsep pengelolaan sampah menjadi energi yang populer disebut Waste to Energy lahir dari paradigma bahwa sampah bukan barang yang tidak bernilai. Konsep itu membuka peluang transformasi sampah menjadi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Konsep yang dipilih adalah penggunaan biodigester untuk menghasilkan gas metan sebagai sumber energi kompor atau penerangan yang operasionalnya dibantu oleh EcoRanger. EcoRanger merupakan program yang dikelola Greeneration Foundation sejak tahun 2018 yang menekankan pada aspek pemberdayaan masyarakat dalam upaya mendukung sistem pengelolaan sampah berkelanjutan, khususnya di destinasi wisata Indonesia.
Menanggapi semangat dan inisiatif EcoRanger dalam mengembangkan konsep pengolahan sampah menjadi energi, Erick Thohir menyatakan dukungannya.
“Semangat untuk tim EcoRanger dalam mengelola sampah khususnya di kawasan pariwisata,” katanya.
Saat ini, EcoRanger berkolaborasi dengan Angsa Purba menampilkan Electra Swan motor antik hasil restorasi motor tua dengan modifikasi futuristik yaitu konversi bensin menjadi energi listrik dengan daya baterai isi ulang.
Program EcoRanger juga berkolaborasi dengan Bank Mandiri dalam mengolah sampah di kawasan Pariwisata di Banyuwangi.
M.Bijaksana Junerosano selaku putra asli Banyuwangi sekaligus Founder Greeneration Foundation, menjelaskan, “EcoRanger adalah program intervensi dan solusi permasalahan sampah di kawasan pariwisata selama 3 tahun dengan memberdayakan dan mengembangkan kapasitas warga/komunitas lokal yang ditargetkan di tahun ke-4 sudah bisa berkelanjutan secara mandiri tanpa bergantung pada Greeneration Foundation.”
Saat ini, ada 5 hal yang dikembangkan EcoRanger dalam format KSA (Knowledge, Skill, Attitude) berupa Kepemimpinan, Berorganisasi, Edukator, Pemandu, dan Kewirausahaan.
Bak gayung bersambut, langkah kolaborasi itu diharapkan dapat terealisasi di tahun 2022 demi meningkatkan persentase pengolahan sampah dan mampu dikonversi menjadi energi terbarukan sehingga bermanfaat bagi sektor pariwisata dan masyarakat sekitar.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat memacu percepatan solusi penanganan sampah yang saat ini masih tertinggal dari laju produksi sampah di Indonesia,” katanya.
Saat ini, Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa berkembang sangat pesat. Sayangnya, peningkatan geliat pariwisata diikuti dengan pertumbuhan produksi sampah yang meningkat sekitar 15,33% per tahun.
Dinas LHK Banyuwangi (2019) menyatakan kabupaten tersebut memproduksi sekitar 1.177 ton sampah per hari. Fakta itu menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi perlu ditunjang dengan adanya sistem pengelolaan sampah yang optimal. (Jekson Simanjuntak)