Aksi para aktivis lingkungan Greenpeace di depan Gedung Sate. Foto : Greenpeace. |
“Aksi damai kali ini bertujuan untuk memberikan penekanan kepada calon pemimpin Jabar bahwa sikap ‘tutup mata’ ‘tutup telinga’ dan ‘tutup mulut’ terhadap pencemaran bahan berbahaya industri akan berakibat kerugian dan hanya akan meninggalkan warisan berupa sumber-sumber air yang tercemar oleh bahan berbahaya industri untuk generasi mendatang,” ujar Ahmad Ashov, Jurukampanye Air Bebas Racun Greenpeace melalui siaran persnya yang diterima Beritalingkungan.com (18/12).
Sebanyak 30 aktivis Greenpeace memasang sebuah poster berukuran 12 x 1.5 meter yang menggambarkan kondisi Sungai Citarum terkini sambil mengilustrasikan pipa pembuangan yang terus saja membuang bahan kimia berbahaya.
“Aksi ini menandakan bahwa masyarakat Citarum yang mendambakan Citarum terbebas dari bahan kimia berbahaya tentunya tidak akan memilih calon gubernur & wakil gubernur yang melakukan kontrak politik dengan pengusaha industri yang sembarang membuang limbah berbahaya ke sungai Citarum dan anak sungainya, ” kata Deni Riswandini, Ketua Elingan.
Setelah selama 3 minggu aktivis Greenpeace mengungkap kontaminasi dan pembuangan bahan kimia berbahaya industri di Sungai Citarum dan menyerukan kepada para calon pemimpin Jawa Barat untuk berkomitmen mengatasinya, Greenpeace dan masyarakat belum saja mendengar komitmen tersebut dan belum melihat aksi nyata dari para calon gubernur tersebut.
Pada 28 November 2012 yang lalu, Greenpeace bersama Walhi Jabar meluncurkan laporan ‘Bahan Beracun Lepas Kendali’ yang mengungkap pembuangan bahan kimia berbahaya industri di 8 titik area industri di sepanjang Sungai Citarum. Bahan kimia berbahaya yang bersifat persisten, bioakumulatif dan berbahaya bagi kesehatan manusia seperti kromium heksavalen, kadmium, merkuri, alkylphenol (BHT) dan berbagai turunan phthalate ditemukan di titik-titik tersebut.
“Laporan tersebut sekaligus sebagai desakan kepada pemerintah agar melakukan hal serupa, untuk membuka informasi mengenai penggunaan dan pembuangan bahan kimia berbahaya oleh industri yang harus dapat diakses secara mudah oleh masyarakat,” kata Dadan Ramdan, Direktur Eksekutif Walhi Jabar.
Greenpeace dan Walhi Jabar mendesak pemerintah Indonesia di semua level untuk berkomitmen terhadap ‘nol pembuangan’ bahan-bahan kimia berbahaya dalam satu generasi dan menyusun sebuah daftar bahan kimia berbahaya beracun yang dinamis untuk prioritas ditindaklanjuti segera dan menyusun rencana implementasi untuk mengurangi, membatasi dan pada akhirnya mengeliminasi penggunaan dan pembuangan bahan kimia berbahaya atau produksi bersih.
Jawa Barat adalah pusat industri manufaktur Indonesia, khususnya di daerah aliran Sungai Citarum, dan Jawa Barat juga bisa menjadi pusat produksi bersih Indonesia, dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komitmen dari para pemimpin untuk mendorong industri berinovasi ke produksi bersih dan menjamin sungai, sumber air dan masa depan yang bebas toksik. (Marwan).