Ilustrasi aktivitas CSR. Foto : tobabara.com. |
JAKARTA, BL-Banyaknya kejadian bencana di Indonesia menjadi salah satu pemicu utama perkembangan bidang Corporate Social Responbility lingkungan hidup atau CSR di Indonesia.
Menurut Asisten Deputi Urusan Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Lingkungan Hidup, Widodo Sambodo, di Acara forum Nasional CSR Bidang lingkungan , Senin pagi (17/12), dari Januari sampai Desember 2012 telah terjadi 729 kejadian bencana, 85 persen bencana karena hidrometeorologi, 36 persen karena puting beliung dan 49 persen karena kerusakan lingkungan oleh manusia terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Ia mengatakan untuk melakukan CSR ada prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan, “CSR itu harus sistematis , berintegrasi dengan bisnis perusahaan,dan satu lagi adalah programnya harus berkelanjutan,” ujar Widodo.
Kementerian Lingkungan Hidup, Widodo mengatakan, mengundang dunia usaha untuk uji coba penerapan CSR di bidang lingkungan, “Kami juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam rangka pengarusutamakan CSR bidang lingkungan,” katanya.
Menurut Presiden Direktur dan Kepala Konsultan Kiroyan Partners, Noke Kiroyan, saat diwawancarai dalam kesempatan yang sama, mengatakan, tujuan utama dari CSR sendiri adalah pembangunan yang berkelanjutan, “Seperti menanam pohon tidak bisa hanya menanamnya saja lalu semua pohonnya mati, tapi programnya ya menanam lalu merawatnya juga, ” ujar Noke.
Ia juga mengatakan yang mengatur CSR lebih baik adalah perusahaannya sendiri bukan Pemerintah Pusat, “Menurut saya pemerintah tidak bisa mengatur seluruh aspek dalam CSR karena CSR kan terus berkembang dan bergerak terus,” ujarnya.
Paramater keberhasilan sebuah program CSR lingkungan hidup, Noke mengatakan, adalah sebuah perusahaan memberikan sumbangan kepada lingkungan hidup dan tidak ada masyarakat yang konflik, “Tentu parameter ini tidak bisa berlaku di seluruh Indonesia, kita harus lihat dulu jenis perusaahaannya di bidang apa dan dimana perusahaannya beroperasi,” katanya, “Misal ada sebuah Bank di tengah kota disekitarnya tidak ada hewan dan tumbuhan maka sasaran CSR nya lebih baik adalah manusia, ya dilihat lagi jenis perusahaannya apa dulu.”
Selain itu, Ketua Yayasan Pembangunan Berkelanjutan-YPB Darwina Widjajanti mengatakan, Sebuah program CSR lingkungan hidup yang dilakukan perusahaan seharusnya setelah melakukan program juga melakukan evaluasi dan monitoring yang tentu tidak dilakukan oleh perusahaannya sendiri, “Lebih baik dilakukan oleh orang luar seperti universitas, Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun lembaga pemerintah,” ujarnya menambahkan. (SIEJ/BELLINA ROSELLINI)