JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM — Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket bersama delegasi Uni Eropa melakukan kegiatan Mangrove Plantation Trip di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk.
Pada sambutannya, Duta Besar Piket menyampaikan, penanaman mangrove menjadi rangkaian terakhir dari kegiatan Pekan Diplomasi Iklim 2021 Uni Eropa, yang dimulai pada 11 Oktober lalu. Mangrove sendiri merupakan ekosistem yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis dan sub tropis.
“Sangat menyenangkan di sini, sangat damai dan sangat natural, berbeda dengan apa yang kita lihat di sepanjang jalan perkantoran yang dipenuhi dengan gedung-gedung kaca,” katanya.
Menurut Piket, kehadiran mereka sebagai bentuk kepedulian untuk mengurangi kadar emisi karbon di udara untuk mengatasi perubahan iklim. “Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami (Carbonetchics), untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” katanya.
Penanaman mangrove merupakan salah satu aksi nyata untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.
“Menanam mangrove sangat penting karena mangrove dapat menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dengan menanam mangrove berarti kita telah membantu mengurangi pemanasan global,” terangnya.
Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya telah kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potential. “Sangatlah penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove,” lanjutnya.
Kehadiran Piket dan rombongan disambut hangat oleh Andhika Rauli Danangputra, Wakil Direktur TWA Kapuk bersama dengan Jessica Novia, Co-Founder sekaligus Chief Creative Officer Carbonethics.
Di Pendopo, rombongan mendapat penjelasan tentang sejarah TWA, pentingnya mangrove dan apa yang dapat dilakukan untuk konservasi mangrove. Andhika menjelaskan bahwa kawasan konservasi mangrove yang beralamat di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara itu, sangat dibutuhkan ibu kota. Pasalnya, Jakarta kekurangan lahan hijau terbuka, mengingat tingkat polusi udara yang tinggi, disamping erosi dan abrasi garis pantai yang kian mengkhawatirkan.
“Lahan mangrove terbesar berada di Sumatera. Untuk di TWA ini mangrove berada di lahan seluas 99,82 hektar,” jelasnya.
Dengan sigap Andhika juga memperlihatkan beragam ukuran mangrove yang ada. “Kalau yang kecil itu bisa dilihat dari jumlah daunnya, satu daun menandakan usianya satu bulan, kalau untuk dewasa membutuhkan waktu 10-15 tahun. Memang sangat lama karena itu diperlukan aksi lebih banyak lagi untuk menanam mangrove ini,” ujarnya.
Sebanyak 75 pohon mangrove ditanam oleh Vincent Piket bersama Delegasi Negara Anggota Uni Eropa. Mereka tidak sungkan untuk turun ke air melakukan penanaman mangrove.
Sebelumnya, rombongan diajak berkeliling menyaksikan keanekaragaman hayati yang ada di TWA Angke menggunakan speed boat. Rombongan berdecak kagum melihat habitat yang ada di kawasan ini yaitu jenis-jenis burung Merandai dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi.
Pada kesempatan itu, Vincent Piket, ditemani Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Duta Besar-designate Jerman untuk Indonesia Ina Lepel. Juga turut hadir Delegasi Uni Eropa dari Rumania, Perancis, Belgia, Denmark, Austria dan Republik Ceko. (Jekson Simanjuntak)