Hingga Sabtu (22/2) pukul 16.00 Wib, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pengungsi erupsi Gunung Kelud tinggal 4.476 jiwa yang tinggal di pengungsian. Di Kabupaten Kediri pengungsi masih 7.109 jiwa (43 titik), di Kota Batu 44 jiwa (1 titik), di Kabupaten Malang 1.832 jiwa, Kabupaten Blitar 136 jiwa dan di Kabupaten Jombang 252 jiwa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas , Sutopo Purwo Nugroho kepada terkini.co menjelaskan, sebagian besar pengungsi yang tersisa ini karena rumahnya rusak berat sehingga untuk sementara tetap di pengungsian sambil menunggu perbaikan rumah. Bahkan banyak pengungsi yang rumahnya rusak pun tetap kembali ke rumahnya untuk memperbaiki rumahnya secara mandiri.
Pemulangan pengungsi dibantu oleh aparat, misal di Kabupaten Malang pengungsi diangkut 52 truk dari TNI, Polri dan BPBD. Air bersih dilayani 9 mobil tangki air dari PDAM Kabupaten Malang dan Kemterian Pekerjaan Umum. Bahkan pengungsi juga dibekali logistik.
Dengan demikian ada 78.256 jiwa pengungsi yang telah kembali ke rumahnya. Total pengungsi terbanyak dari erupsi Gunung Kelud tercatat 87.629 jiwa pada 17/2.
Pemda Jatim telah menyatakan bencana erupsi Gunung Kelud sebagai bencana tingkat provinsi. Gubernur Jatim memegang kendali penuh penanganan bencana, baik saat tanggap darurat maupun pasca bencana.
Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, sebagai koordinator cluster pemulangan pengungsi terus memantau jalannya pemulangan pengungsi. Logistik mencukupi hingga 5 hari ke depan. Minggu (23/2) kebutuhan material untuk perbaikan rumah akan dikirim ke desa-desa yang banyak rumah rusak.
Menurut Sutopo, pada hari Senin (24/2), TNI, Polri, SKPD dan relawan akan dikerahkan untuk perbaikan rumah, air bersih dan listrik. Pemda Jatim telah mengalokasikan Rp 100 milyar dari APBD untuk penanganan bencana erupsi Gunung Kelud. Pemerintah pusat akan mendampingi kebutuhan-kebutuhan ekstrem yang tidak tertangani Pemda. (Wan).