Update BNPB: Banjir dan Longsor di Sumatera Tewaskan 921 Orang, Ratusan Masih Hilang

Bencana Berita Lingkungan Environmental News Terkini

Potret salah satu wilayah yang terdampak banjir Sumatera. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Duka mendalam masih menyelimuti Sumatera. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 921 orang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi: Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Selain itu, 392 orang hingga kini masih dilaporkan hilang, sementara ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi.

Data terbaru itu disampaikan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah kementerian/lembaga terkait, Minggu (7/12). “Per hari ini, Bapak Presiden, meninggal dunia 921 orang,” ujar Suharyanto dalam laporan resmi.

BNPB mencatat, dampak terparah terjadi di Aceh. Di provinsi paling barat Indonesia itu, 366 orang meninggal dunia dan 97 orang masih hilang. Jumlah pengungsi di Aceh sangat besar, mencapai 914.202 orang, dengan dua kabupaten—Bener Meriah dan Aceh Tengah—masih berada dalam kondisi terisolir dan penanganannya tergolong berat.

Sementara itu, di Sumatera Utara, jumlah korban meninggal tercatat 329 orang, dengan 82 orang hilang. Adapun di Sumatera Barat, korban meninggal dunia mencapai 226 orang, dan 213 orang dinyatakan belum ditemukan.

Secara keseluruhan, BNPB melaporkan hampir satu juta warga terdampak bencana ini dan harus meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Proses evakuasi masih terus berlangsung, terutama di wilayah dengan akses terbatas akibat kerusakan infrastruktur dan kondisi alam yang belum stabil.

BNPB menegaskan, angka korban masih berpotensi berubah seiring berjalannya proses pencarian dan evakuasi di lapangan. Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah terus mengerahkan personel, alat berat, serta bantuan logistik untuk mempercepat penanganan darurat.

Bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi secara beruntun di wilayah Sumatera ini kembali menjadi pengingat kuat akan tingginya risiko bencana hidrometeorologi di Indonesia. Curah hujan ekstrem, kerusakan daerah tangkapan air, serta tekanan terhadap kawasan hulu dinilai memperparah dampak bencana di banyak wilayah.

Di tengah upaya penyelamatan dan penanganan darurat, para pemerhati lingkungan mengingatkan pentingnya langkah jangka panjang, mulai dari pemulihan ekosistem hutan, pengendalian alih fungsi lahan, hingga penguatan sistem peringatan dini, agar tragedi serupa tidak terus berulang (Wan).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *