![]() |
Goa Ngerong dan para pengunjung. Foto : Amir Ell Rachman Malik/BL. |
Bumi Nusantara memang tak ada habisnya menawarkan sejuta pesona, salah satunya adalah Goa Ngerong di Tuban, yang di bawahnya mengalir air yang menjadi habitat alami ratusan kawanan ikan. Sementara di dindingnya bergelantungan kelalawar yang menebarkan aroma mistik.
Goa ini memang sangat menantang untuk dijelajahi karena memiliki lorong yang gelap nan panjang, namun selalu merindukannya untuk kembali menelusuri aliran air berundak ke dalam kepekatannya yang tiada batas.
Di sisi lain, Ngerong juga jadi tulang punggung perekonomian masyarakat, pemerintahan desa hingga pertanian. Goa Ngerong yang berada persis di kaki bukit pegunungan kapur, terletak di Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Tuban, Jawa Timur. Untuk mencapai lokasi obyek wisata petualangan yang sejak beberapa tahun terakhir mulai menggeliat ini, tidak lah mudah. Lokasinya berjarak 30 kilometer dari kota Tuban, namun akses transportasi cukup mendukung untuk sampai ke Goa Ngerong.
Selimut ribuan misteri di sekelilingnya, dari dulu sampai kini Goa Mgerong tetaplah menarik dan membuat banyak orang untuk datang melihatnya sekaligus mencoba berpetualang menyusuri lorong-lorongnya.
Ngerong seperti sebuah magnit yang memiliki daya tarik luar biasa. Ribuan ikan yang berkeliaran di air kali sebening kaca ibarat akuarium raksasa. Sedari dulu keberadaannya tetap seperti sekarang. Tak pernah berpindah tempat meski aliran airnya cukup deras sampai jauh ke hulu dekat tempat pengeboran minyak.
Tempat yang dituju pertama kali oleh pengunjung yang datang ke Ngerong adalah sungai di mulut goa untuk nelihat ikan. Walau selalu mengapung di atas air, sehjenis ikan gabus ini sulit ditangkap dan dipercaya sebagai piaraan sang putri Ngerong. Sehingga, tak seorang pun yang berani menangkapnya.
Namun, sebetulnya, pelarangan mengambil ikan di kali Ngerong adalah bagian dari upaya pelestarian terhadap ikan-ikan itu sendiri. “Kalau ditangkapi, cepat atau lambat akan habis dan punah,” tutur Sulhan, penduduk setempat.
Dengan umpan klentheng (biji kapok, red), yang dijual di kompleks Goa Ngerong, ikan yang ada saling berebut dan berlompatan. “Ikan di sini lebih suka pada klentheng,” kata Ny. Darmi, salah seorang penjual klentheng. Harganya cuma Rp 500 per bungkus plastic ukuran ¼ kg.
Ny. Darmi yang mengaku telah berjualan klentheng sejak muda menyatakan, dari hasil jualan umpan ikan tersebut seharinya bisa membawa pulang uang tak kurang dari Rp 50 ribu di saat ramai pengunjung. “Pada hari-hari biasa, sekitar Rp 20 ribu. Lumayan sebagai tambahan kebutruhan sehari-hari,” ungkapnya.
Berkah Ngerong bagi masyarakat sekitar dirasakan sangat berarti. Mulai dari penjual kembang, klentheng, penganan hingga tukang parkir. Jika saja, Ngerong bisa dikemas dalam satu paket kunjungan wisata lainnya di Tuban, niscaya akan jadi pundi-pundi uang. Tidak saja bagi pengelolannya. Tapi, juga masyarakat sekitar.
Kepala Desa Rengel, Mohamad Muhtar, menyatakan, tingkat kunjungan paling ramai adalah pada hari Minggu dan hari libur nasional dari berbagai kota di Jawa Timur serta beberapa kota lainnya di Jawa Tengah dan kota-kota lainnya seperti Jakarta, Bandung dan Semarang.
Dari perolehan tiket masuk dan parkir, menurut Muhtar, dalam sebulannya diperoleh pendapatan rata-rata sekitar Rp 5 sampai Rp 6 juta. Pendapatan ini sudah jauh lebih baik dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dari pendapatan tersebut, paling tidak, seperti disebutkan Muhtar, telah mampu membantu biaya operasuonal pemerintahan desa setempat. Disamping dari pendapatan lain yang jauh lebih besar, yaitu paasar desa.
Muhtar mengungkapkan, pihaknya kini tengah bekerjasama dengan sejumlah ahli goa untuk pengembangan Goa Ngerong selanjutnya. Saat ini, telah dibuat skema dan rancangan pengembangan sebagai obyek wisata dan distribusi air untuk kepentingan irigasi pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Rengel.. (Amir Ell Rachman Malik).