![]() |
Laut Timor tercemar oleh tumpahan minyak. Foto : Istimewa. |
JAKARTA, BL- Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Ferdi Tanoni mencurigai Pemerintah Indonesia dan Australia berusaha menutupi kasus pencemaran Laut Timor.
Menurut Tanoni, bila berpedoman pada pendapat para ahli perminyakan dari Australia dan Amerika Serikat ini maka dapat disimpulkan bahwa paling kurang besarnya semburan minyak mentah dari sumur minyak Montara yang meledak itu ke permukaan Laut Timor mencapai 40.000-55.000 barel atau 6.320.000-8.690.000 liter per hari nya selama 74 hari.
Untuk itu, kata Tanoni sangatlah beralasan dan masuk akal, bila Petaka tumpahan minyak Montara di laut Timor ini diyakini telah ditutupi oleh Pemerintah Australia dan PTTEP Australasia.
Selain itu lanjut Tanoni, didasari pada belum ditanggapi nya klaim penelitian yang diajukan YPTB sejak Oktober 2010 kepada Pemerintah Australia dan PTTEP Australia,agar mendanai sebuah penelitian yang patut, independen,transparan dan kredibel untuk mengetahui secara pasti berapa besar semburan minyak Montara per hari serta dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan lingkungan.
“Agar transparan,independen dan kredibel YPTB telah mengusulkan penelitian nya harus melibatkan semua pemangku kepentingan yakni Pemerintah RI dan Australia, PTTEP Australia dan YPTB yang mewakili rakyat dan Pemerintah Daerah,sehingga hasilnya dapat diterima semua pihak”kata Tanoni dalam keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com
Tanoni menilai Pemerintah Indonesia sepertinya tidak berani menuntut Pemerintah Australia untuk menggunakan MoU 1996 antara kedua negara tentang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Polusi Minyak di Laut.
“Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang telah melemahkan penyelesaian tuntutan ganti rugi, disamping adanya kepentingan oknum-oknum pejabat Pemerintah Indonesia yang terus menghalangi upaya tuntutan ganti rugi masyarakat bersama Pemerintah Daerah di Nusa Tenggara Timur,”ujarnya. (Marwan Azis)