
Upaya pencarian dan pertolongan korban tanah longsor di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, Minggu (19/1). Foto: BPBD Kabupaten Klungkung.
BALI, BERITALINGKUNGAN.COM – Pulau Dewata kembali berduka. Dua peristiwa tanah longsor dalam dua hari terakhir menelan delapan korban jiwa di dua lokasi berbeda: Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D., mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi yang dipicu hujan deras di wilayah tersebut.
Kejadian Tragis di Klungkung
Insiden pertama terjadi di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Minggu (19/1) pukul 18.00 WITA. Sebuah pondok di kawasan lereng tebing tertimpa bebatuan besar akibat longsor, menyebabkan empat orang meninggal dunia, satu orang hilang, dan empat lainnya mengalami luka berat.
“Tim gabungan dari BPBD Klungkung, Basarnas, TNI, Polri, PMI, serta masyarakat setempat telah bekerja maksimal dalam proses pencarian korban, meskipun cuaca dan medan yang curam menjadi tantangan berat,” ungkap Muhari kepada Beritalingkungan.com (21/01/2025).
Pada Senin (20/1), pencarian dilanjutkan dan berhasil menemukan korban yang sebelumnya dinyatakan hilang, sehingga jumlah korban meninggal dunia mencapai empat orang.
Tragedi di Denpasar
Keesokan harinya, tanah longsor kembali terjadi di Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Senin pagi (20/1) pukul 07.00 WITA. Longsor menimbun lima rumah, mengakibatkan empat orang meninggal dunia, satu orang hilang, dan tiga lainnya mengalami luka-luka.
“Tim gabungan dari BPBD Denpasar, Basarnas, dan relawan bergerak cepat untuk evakuasi dan pertolongan. Para korban luka langsung dibawa ke RS Surya Usadha untuk mendapatkan perawatan intensif,” jelas Muhari.
Ancaman Cuaca Ekstrem
BMKG memperkirakan hujan lebat disertai petir masih akan terjadi di sebagian besar wilayah Bali. Abdul Muhari mengingatkan, kondisi ini dapat memicu banjir, banjir bandang, dan longsor susulan.
“Jika hujan deras berlangsung lebih dari dua jam, warga yang tinggal di lereng tebing atau bantaran sungai harus segera mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pemerintah daerah bersama masyarakat perlu meningkatkan mitigasi dengan melakukan monitoring sungai, saluran irigasi, serta tanggul dan tebing,” imbaunya.
Langkah antisipasi seperti membersihkan sumbatan pada aliran air dan memperkuat tebing yang retak harus dilakukan secara berkala. Muhari juga menekankan pentingnya memperbarui informasi cuaca dari BMKG atau instansi terkait agar masyarakat selalu siaga menghadapi bencana.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, masyarakat Bali diminta tetap waspada dan saling mendukung untuk mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak. Bencana ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman alam yang semakin intensif akibat perubahan iklim (Marwan Aziz).