SORE itu, saya menyambanginya di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Maklum, dia adalah salah seorang staf pengajar di fakultas tersebut. Sosok lelaki itu masih muda, ramah dan supel, meski sudah menyandang gelar professor. Ya, dialah Prof Dr Supratman, guru besar termuda di Unhas. Sore itu, dia menyambut saya dan fotografer Harian FAJAR, Nurhadi, dengan ramah. Tidak ada keletihan di wajahnya, meski dia baru saja menunaikan tugasnya sebagai seorang dosen.
Lelaki ini, mengangkat tema hutan desa untuk pidato pengukuhan guru besarnya Februari lalu. Maklum, saat ini dia tengah membina hutan desa di tiga desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Ketiga desa tersebut adalah, Labbo, Pattaneteang, dan Kelurahan Cempaga.
Menurutnya, masyarakat di sana sudah lama menanam kopi di kawasan hutan desa tersebut. Meski Kementerian Kehutanan belum mengakui kopi sebagai pohon hutan, namun, struktur kopi sebut Supratman tidak mengganggu kawasan hutan. Luas kawasan hutan di tiga desa tersebut, 702 hektare. Tadinya kata Supratman, itu merupakan hutan alam, sekarang menjadi hutan lindung.
Pihaknya memberdayakan masyarakat untuk mengelola hutan. “Awalnya dirancang di Ulu Ere yang pernah tersapu banjir, tapi hak-hak masyarakat di sana kata Supratman masih kuat. Jadi kita garap dulu daerah yang hutannya aman. Nanti lama-lama daerah lain juga akan tertarik,” ucapnya.
Supratman mengaku bertindak sebagai fasilitator masyarakat untuk mendapatkan izin areal kerja dari menteri dan izin pengelolaan dari gubenur. Saat ini sebut dia, ada 6 desa di Ulu Ere yang akan menyusul. “Hampir semua desa yang ada hutannya mau. Sekarang sudah ada Forum Hutan Desa, sebuah forum diskusi untuk menarik desa lain. Forum ini terdiri atas kepala desa, tokoh masyarakat, serta LSM yang memfasilitasi masyarakat dengan pengambil kebijakan,” jelasnya.
Supratman mengaku membina hutan desa tersebut sejak 2008. Kebetulan kata dia, ada sebuah lembaga internasioanl bernama RecofTC berkantor pusat di Bangkok yang mengajaknya. Lembaga ini sebut dia, bergerak di bidang penguatan masyarakat dalam mengelola hutan. Lembaga tersebut mendapat suntikan dana dari Ford Foundation untuk mengelola hutan desa di Sulsel. “Saya saat itu dites dan lolos menjadi Project Coordinator RecofTC,” sebutnya.
Ini sambung Supratman menjadi tempat penelitian mahasiswa. Hutan desa ini resmi dilaunching pada 3 Januari 2009 dan dihadiri langsung Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Kelurahan Cempaga. Hutan desa tersebut sesuai dengan Permenhut Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa, di mana Bantaeng merupakan kabupaten pertama yang mengaplikasikan permenhut tersebut.(Fajar).