Fasilitas penangkapan karbon. Foto : Shutterstock.
LONDON, BERITALINGKUNGAN.COM- Sebuah penelitian terbaru dari Imperial College London menemukan bahwa ada batasan dalam seberapa cepat teknologi penyimpanan karbon dioksida (CO2) dapat ditingkatkan untuk mengatasi perubahan iklim.
Penelitian ini menyoroti tantangan dalam memenuhi skenario internasional yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius pada akhir abad ini.
Untuk mencapai target ini, teknologi penyimpanan CO2 di bawah tanah perlu berkembang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, studi tersebut menunjukkan bahwa skala penyimpanan hingga 16 gigaton CO2 per tahun pada tahun 2050 hanya mungkin jika ada peningkatan besar dalam kapasitas dan pengembangan teknologi ini. Saat ini, kecepatan investasi dan pengembangan masih jauh dari yang dibutuhkan.
Tim peneliti dari Departemen Ilmu Bumi dan Teknik Imperial College mengembangkan model yang mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kapasitas penyimpanan, ketersediaan geologi yang cocok, serta keterbatasan teknis dan ekonomi.
Mereka menemukan bahwa meskipun secara teknis mungkin untuk mengurangi emisi CO2 dalam skala besar, jalur untuk mencapai ini mungkin berbeda dari yang diproyeksikan dalam model-model saat ini, seperti yang digunakan dalam laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).
Dr. Yuting Zhang, penulis utama studi ini seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman imperial.ac.uk (03/09/2024), menjelaskan bahwa model baru ini membantu memahami ketidakpastian dalam kapasitas penyimpanan dan variasi kapasitas institusional di berbagai wilayah, yang dapat mempengaruhi rencana iklim dan target yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan.
Sementara itu, Dr. Samuel Krevor, salah satu peneliti, menekankan bahwa meskipun penyimpanan 5 hingga 6 gigaton CO2 per tahun tetap merupakan kontribusi besar terhadap mitigasi perubahan iklim, proyeksi yang lebih tinggi jauh lebih tidak pasti karena kurangnya dukungan dari rencana pemerintah dan perjanjian internasional.
Studi ini diterbitkan dalam Nature Communications dan didanai oleh Engineering & Physical Sciences Research Council (EPSRC) serta Royal Academy of Engineering. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan yang lebih realistis dan praktis bagi pembuat kebijakan dalam menetapkan target yang dapat dicapai untuk pengembangan penyimpanan CO2 bawah tanah di masa mendatang (Marwan Aziz)