Ilustrasi aplikasi SiOra. Dok : Beritalingkungan.com
LABUAN BAJO, BERITALINGKUNGAN.CO- Di sebuah panggung terbuka yang dikelilingi hijaunya perbukitan Puncak Waringin dan semilir angin laut Flores, teknologi dan konservasi bertemu dalam satu aplikasi yang diberi nama SiOra (Sistem Informasi Komodo).
Kementerian Kehutanan melalui Balai Taman Nasional Komodo resmi meluncurkan aplikasi digital ini pada Senin (7/7), sebagai langkah besar untuk mentransformasi pengelolaan kawasan konservasi paling ikonik di Indonesia—rumah bagi komodo, reptil purba terakhir di dunia.
Peluncuran SiOra bukan sekadar seremoni digitalisasi. Ini adalah bagian dari upaya reformasi pengelolaan wisata berbasis konservasi, dengan tujuan besar: menjaga Komodo dan habitatnya, sambil meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan dari seluruh dunia.
“SiOra hadir untuk merespon tantangan era digital dan menata ulang sistem pengelolaan kawasan, agar lebih efisien, transparan, dan ramah bagi semua pihak,” ujar Dirjen KSDAE dalam peluncuran yang dihadiri lebih dari 70 undangan, termasuk pelaku wisata, tokoh masyarakat, dan instansi pemerintah.
Dari Tiket hingga Drone, Semua Bisa di Genggaman
Aplikasi SiOra memungkinkan wisatawan memesan tiket masuk ke Taman Nasional Komodo secara e-ticketing, mengajukan izin kegiatan seperti riset, fotografi, ekspedisi, atau penerbangan drone (SIMAKSI), serta mendapatkan informasi digital self-interpretation tentang kawasan yang bisa diakses dalam lebih dari 40 bahasa.
Sistem ini juga sudah mendukung pembayaran non-tunai melalui virtual account BRIVA, bank transfer, hingga e-wallet seperti DANA dan ShopeePay.
Bagi pengelola internal Taman Nasional, SiOra menyediakan fitur backoffice untuk memantau arus kunjungan, pelaporan PNBP, dan verifikasi izin—semuanya dalam satu ekosistem digital yang terintegrasi.
Tantangan Digitalisasi di Ujung Timur
Namun di balik terobosan teknologi ini, tantangan tetap ada. Banyak pelaku wisata lokal yang belum mengenal aplikasi ini, menyebabkan reservasi masih kerap dilakukan secara langsung di pintu masuk kawasan. Selain itu, metode pembayaran saat ini hanya mendukung BRIVA (BRI), sementara wisatawan mancanegara cenderung menggunakan kartu kredit internasional.
“Kami terus melakukan edukasi dan menyediakan fasilitas self-service reservation di beberapa titik seperti Komodo Visitor Centre dan pelabuhan Labuan Bajo,” ungkap perwakilan BTN Komodo. Koordinasi dengan Kementerian Keuangan juga tengah dilakukan untuk memperluas kanal pembayaran.
Melindungi Komodo Lewat Inovasi
SiOra hadir bukan hanya untuk memudahkan, tetapi juga melindungi. Dengan sistem reservasi H-1 sebelum kunjungan, wisatawan dan pengelola bisa sama-sama merencanakan aktivitas secara lebih tertib dan ramah lingkungan, menghindari overkapasitas, dan menjaga zonasi kawasan konservasi tetap sesuai fungsi ekologisnya.
Bagi Indonesia, peluncuran SiOra adalah simbol dari transformasi konservasi berbasis teknologi—di mana satwa liar, wisatawan, dan data saling terhubung untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Taman Nasional Komodo adalah lebih dari sekadar destinasi. Ia adalah rumah bagi warisan purba dunia. Melalui SiOra, Indonesia menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi juga jembatan antara kemajuan dan kelestarian (Marwan Aziz).