Limbah ternak pun bisa disulap jadi biogas yang bisa dipakai untuk memasak. Foto : Pikiran Rakyat. |
DENPASAR,BL-Dengan melakukan pengolahan limbah yang tepat, ratusan petani ternak di Bali kini telah mampu memenuhi secara mandiri kebutuhan mereka akan gas dan pupuk organik.
Hal ini terbukti dari adanya lebih dari 365 rumah tangga di Bali telah memanfaatkan biogas dan pupuk organik hasil olahan limbah ternak mereka melalui Program Biogas Rumah Indonesia atau biasa disebut BIRU. Rumah tangga pemanfaat program BIRU tersebut tersebar di sekitar 39 kecamatan di 9 kabupaten/kota di Bali ini.
Seperti yang dialami langsung oleh Nyoman Kolem, petani dan peternak dari Abang Batu Dinding, Kintamani, Bangli ini.
Walau ia belum genap 1 tahun memiliki biogas model fixed dome yang dikembangkan oleh Program BIRU ini, namun rumah tangganya telah merasakan manfaat yang sungguh berarti.
”Saya senang karena anak dan istri sekarang sudah tidak terganggu asap lagi pada saat memasak di dapur.
Dapur saya pun jadi lebih bersih dan sehat, noda hitam asam dan tumpukan kayu bakar sudah tidak separah dulu lagi,” ungkap Nengah Lastrini, istri dari Nyoman Kolem seperti dilansir rilis pengelola
Program Biru yang diterima Beritalingkungan.com.
Dapur saya pun jadi lebih bersih dan sehat, noda hitam asam dan tumpukan kayu bakar sudah tidak separah dulu lagi,” ungkap Nengah Lastrini, istri dari Nyoman Kolem seperti dilansir rilis pengelola
Program Biru yang diterima Beritalingkungan.com.
Lain lagi komentar dari sang suami, ”Sejak delapan bulan lalu saya bawa ampas biogas yang sudah dikering-anginkan ke kebun pepaya saya dan kopi saya. Hasil produksi pepaya saya meningkat!”
”Dan saya pun bisa menghemat pembelian pupuk dan ongkos angkut pupuk ke ladang saya, lumayan, tiap bulannya biasanya habis sekitar Rp.210.000 untuk biaya tersebut,”tambahnya.
Program BIRU adalah program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Belanda. Dimulai pada Mei 2009, program BIRU diimplementasikan oleh Hivos, sebuah lembaga kemanusiaan untuk kerjasama pembangunan yang berbasis di Belanda, bermitra dengan Kementerian ESDM Republik Indonesa melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE).
Melalui program BIRU, Hivos memberikan subsidi senilai 2 juta rupiah per reaktor yang berupa peralatan dan pendampingan (after sales service), bukan berupa uang tunai.
BIRU dalam pelaksanaan programnya bermitra dengan sejumlah organisasi lokal seperti LSM, koperasi, maupun pihak swasta lainnya yang berperan sebagai mitra pembangun. Di Bali, program ini menggandeng enam mitra pembangun yaitu Yayasan BOA, Yayasan Manikaya Kauci, Yayasa IDEP, Yayasan Sunari, CV Mitra Usaha Mandiri, dan Kelompok Tukang yang berbasis di Klungkung, bernama Masons Group Abadi.
BIRU juga sedang menjajaki kemitraan dengan lembaga keuangan mikro untuk penyediaan kredit berbunga rendah bagi masyarakat calon pengguna BIRU yang memiliki keterbatasan dalam berswadaya.
I Gede Suarja, Koordinator Program BIRU untuk wilayah Lombok Bali mengungkapnya, pada 7 Desember 2012 kemarin, program BIRU mengadakan Pertemuan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder Meeting), baik dari instansi pemerintahan maupun sektor swasta. Pertemuan akan diadakan di Ruang Pertemuan Bidang Pertambangan dan Energi, Dinas PU Provinsi Bali, di Denpasar.
Menurut Gede, kegiatan tersebut rutin dilaksanakan 2 kali dalam setahunnya. Pertemuan ini bermaksud
untuk menyampaikan capaian program BIRU selama ini dan juga mendapatkan masukan dari para pihak terkait, guna meningkatkan manfaat Program BIRU bagi masyarakat Bali secara berkelanjutan.
untuk menyampaikan capaian program BIRU selama ini dan juga mendapatkan masukan dari para pihak terkait, guna meningkatkan manfaat Program BIRU bagi masyarakat Bali secara berkelanjutan.
Hingga November 2012, program BIRU telah membangun 7.283 unit digester biogas rumah yang tersebar di sepuluh provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah & DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Sulawesi Selatan, NTT, dan Lampung.
Program ini menargetkan untuk membangun 8.000 unit reaktor hingga akhir tahun 2012 di beberapa provinsi
potensi di Indonesia. (Ni Nyoman Ramiati/Marwan Azis)
potensi di Indonesia. (Ni Nyoman Ramiati/Marwan Azis)