![]() |
Badak Jawa. |
Oleh : Aldila Maharani Sutjipto *
Indonesia memiliki 50 taman nasional yang tersebar dari sabang sampai merauke. Salah satunya adalah Taman Nasional Ujung Kulon yang berada didalam wilayah kecamatan Sumur dan kecamatan Cimanggu, kabupaten Pandeglang. Wilayah Taman Nasional Ujung Kulon memiliki luas sekitar 122.956 hektar.
Taman Nasional Ujung Kulon ini merupakan habitat badak Jawa. Selain menjadi rumah bagi badak Jawa, TNUK juga menjadi kawasan wisata, dimana pengunjung ditawarkan oleh berbagai kegiatan menarik , seperti berkemah, penelusuran hutan, menyelam, snorkeling, selancar, bersampan, memancing dan lainnya.
Badak Jawa merupakan satwa endemik Indonesia. Merupakan 1 dari 5 spesies badak yang masih tersisa di dunia. Badak Jawa dijuluki si kulit baja karena satwa yang satu ini memiliki kulit berwarna abu abu coklat dengan pola mosaik yang menyebabkannya berbentuk seperti perisai. Hewan ini hampir tak dapat kita jumpai lagi. Saat ini hewan bercula satu itu berstatus konservasi pada fase kritis. Diperkirakan jumlah badak Jawa saat ini kurang lebih 60 ekor.
Populasi nya terus menghadapi ancaman. Badak Jawa tidak memiliki predator alami sehingga penyebab kematiannya disebabkan oleh penyakit, habitat dan manusia. Ancaman terbesar disebabkan oleh berkembangnya anggapan bahwa cula badak mempunyai khasiat dalam pengobatan tradisional.
Faktor lainnya adalah perluasan pemukiman, penebangan liar, perambahan hutan dan kehadiran manusia di habitat badak yang berpotensi menimbulkan penyakit baru dan juga faktor alam seperti ledakan
Keunikan yang dimiliki badak adalah cula nya, cula badak Jawa jantan disebut cula melati, sedangkan untuk betina cula nya hanya berbentuk seperti benjolan yang disebut sebagai cula batok.
Panjang maksimal cula badak Jawa jantan adalah 27 cm, rata rata badak Jawa jantan memiliki panjang cula 21 cm, berbentuk lancip menyerupai belalai pendek dan berfungsi untuk merenggut makanan, mencari makanan seperti dengan mengaduk lumpur atau menarik makanan.
Cula badak inilah yang diburu dan dicari oleh banyak orang karena harganya yang mahal mencapai harga sekitar 44 juta rupiah per gram nya. Cula badak dihancurkan dan dijadikan bubuk dipercaya memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit, menambah vitalitas dan kesegaran tubuh, meski belum ada bukti ilmiah mengenai hal ini.
Terkait kasus-kasus hewan langka, hanya sedikit undang undang di Indonesia yang mengaturnya. Selain itu langkah pemerintah juga dianggap masih minim dalam menganggapi kasus ini, penjagaan yang kurang, terus terjadinya kecolongan dan yang terpenting adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat.
Selain menjadi rumah badak Jawa, TNUK merupakan destinasi wisata yang memikat dimana ada kesatuaan integrasi antara alam, budaya dan wisata.
TNUK ini menjadi benteng terakhir yang dijadikan sebagai zona perlindungan badak Jawa. Tanpa tindakan pengelolaan yang tepat dan direncanakan secara matang untuk jangka panjang, populasi badak Jawa akan mengalami kepunahan.
Prioritas program konservasi adalah untuk menjamin kelestariaan populasi badak Jawa dalam jangka panjang. Mengupayakan perlindungan maksimal pada badak yang tersisa.
Pemantauaan dilakukan secara reguler yang dilakukan oleh TNUK dan WWF Indonesia. Saat pemantauaan tim monitoring tidak selalu bisa menemui badak Jawa secara langsung karena populasi yang relatif sedikit, wilayah sebaran yang luas dan sifatnya yang cenderung agresif dan soliter.
Mereka biasanya menemukan jejak badak, seperti kubangan, jejak kaki, jejak kotoran dan tusukan cula. Selain itu tim juga memasang kamera jebakan di beberapa titik yang sering dilalui badak. Kamera akan dipantau oleh petugas .
Setiap taman nasional, punya masalah dan tantangannya masing masing. Karena TNUK merupakan satu satunya wilayah konservasi badak Jawa, peluang punah nya satwa ini pun semakin besar. Maka dari itu pemerintah serta pakar dan aktivis satwa liar telah merencanakan lokasi pemindahan. Penyelamatan dan perlindungan badak Jawa hingga kini masih menjadi tantangan.
Penyelamatan badak dengan relokasi pun bukanlah hal yang mudah, dimana ada beberapa tahap yang harus dilalui. Untuk melakukan relokasi harus dilakukan penangkapan terlebih dahulu, dimana untuk menemukan lokasi dan jalur tiap individu badak sendiri adalah hal yang sulit. Setelah itu dibutuhkan tingkat kehati hatiaan yang tinggi untuk menghindari terjadinya stres pada badak yang bisa berujung pada kematiaan.
Lokasi TNUK dimanfaatkan untuk tujuan penelitiaan, ilmu pengetahuaan, pendidikan dan pariwisata. Terbuka bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan tersebut, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Namun tidak setiap saat pengunjung bisa masuk kedalam hutan semenanjung Ujung Kulon yang merupakan habitat dari badak bercula satu itu. Hal ini disebabkan karena kunjungan tidak boleh dilakukan pada masa kawin badak. Maka dari itu TNUK menawarkan berbagai kegiatan menarik lainnya, salah satunya adalah padang penggembalaan Cidaon.
Dimana wisatawan dapat menikmati atraksi banteng yang sedang merumput, burung merak dan kadang-kadang ayam hutan melalui menara pengintai. Selain itu salah satu daya tarik lain yang menarik adalah terumbu karang di Cihandarusa.
Pengunjung dapat melihat taman laut yang indah dengan snorkling atau diving. TNUK adalah tujuan yang sangat cocok apabila and berencana melakukan travelling dengan rute domestik. Terdapat Keberagaman geologis, flora, fauna, serta budaya.
*Penulis adalah mahasiswi London School of Public Relations Jakarta
–>